Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan modal ventura PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) menyatakan berencana melakukan ekspansi secara regional dan global melalui program Xponent Money 20/20 Asia.
Ronald Simorangkir, Chief Executive Officer Mandiri Capital Indonesia, mengumumkan Xponent at Money 20/20 Asia akan diadakan pada 23-25 April 2024, sebuah acara global untuk lingkungan digital yang mempertemukan para pemimpin industri dan startup berpengaruh dari berbagai penjuru di dunia . Dunia. .
Dijelaskannya, Money 20/20 Asia merupakan platform yang melaluinya MCI akan terhubung dengan berbagai pionir industri, mengeksplorasi tren yang sedang berkembang dan memperluas akses ke pasar internasional, serta mempercepat pertumbuhan bisnis yang baru memasuki pasar dunia.
Ronald mengatakan program tersebut juga bertujuan untuk mengintegrasikan start-up dan perusahaan global ke dalam ekosistem Mandiri Group. Berkat acara ini, ia berkesempatan menemukan startup dengan solusi baru dan kesuksesan baru.
“Kami fokus mengidentifikasi kebutuhan unit bisnis Bank Mandiri dan berupaya menciptakan value proposition yang selaras dengan tujuan strategis Mandiri Group,” kata Ronald dalam keterangan tertulis yang dikutip, Minggu (28/4/2024).
Chief Financial Officer Mandiri Capital Indonesia Dennis Pratistha mengatakan program ini merupakan langkah penting untuk mempertemukan start-up dan perusahaan global dalam jaringan perusahaan.
“Kedepannya MCI bertujuan untuk terus memberikan dampak bisnis yang positif bagi Bank Mandiri, serta mendirikan startup di Indonesia,” kata Dennis.
Saat ini, MCI memiliki beragam portofolio lebih dari 20 startup dari 14 sektor industri, termasuk kredit, rantai nilai B2B, dan penyedia pembayaran.
Sebelumnya, Mandiri Capital Indonesia berharap dapat berinvestasi di 6 startup “anti-tunai” yang bernilai pada tahun 2024. Selama musim dingin teknologi yang sedang berlangsung dan kekacauan dunia, Mandiri Capital terus memilih untuk memperluas upaya usahanya.
CFO Mandiri Capital Indonesia Wisnu Setiadi mengatakan selama ini startup cenderung menunjukkan rekor pendapatan untuk mengukur nilai. Para pendiri startup tidak banyak bicara soal biaya operasional untuk mendapatkan uang tersebut.
“Tidak ada yang membicarakan EBITDA bersih. Jadi sudah menjadi tugas kita untuk menginformasikan bahwa indikator-indikator ini juga penting bagi para start-up agar mereka tidak hanya fokus pada pendapatan dan harus berusaha meningkatkan pendapatannya dengan segala pengeluaran yang mereka miliki,” Wisnu dikatakan.
Sekadar informasi, EBITDA Margin merupakan rasio yang menunjukkan keuntungan perusahaan setelah dikurangi biaya produksi dan beban operasional dari pendapatan/pendapatan operasionalnya. Dalam angka tersebut, penyusutan dan amortisasi tidak termasuk dalam biaya produksi dan biaya operasional.
EBITDA yang dilansir dari Pintu.co.id merupakan matriks yang dapat memberikan ringkasan singkat kepada investor untuk membandingkan kinerja perusahaan di industri yang sama. Bisa dikatakan bagus jika rasio EV/EBITDA berada di bawah 10.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel