Bisnis.com, Jakarta – Malaysia mengubah program konservasinya untuk melindungi hutan dan habitat orangutan. Kini pemerintah menawarkan perusahaan yang mengimpor minyak sawit atau CPO dari Malaysia untuk menerima orangutan, namun mereka tidak diperbolehkan membawanya ke luar negeri.
Melansir Reuters, Senin (19/8/2024), ketentuan tersebut termasuk dalam versi revisi rencana perlindungan yang diterbitkan awal tahun ini.
Menteri Pertanian dan Komoditas Malaysia Johari Abdul Ghani juga berjanji untuk menghentikan deforestasi di Malaysia. Johari berkata: 54% lahan Malaysia adalah hutan dan laju deforestasi tidak akan kurang dari 50%.
Pada bulan Mei, Johari memperkenalkan rencana pengiriman orangutan ke luar negeri sebagai hadiah dagang dalam upaya meredakan kekhawatiran mengenai dampak produksi minyak sawit terhadap habitat hewan tersebut, termasuk pembukaan lahan hutan.
Rencana ini ditentang oleh kelompok konservasi. Mereka prihatin terhadap kesejahteraan orangutan yang terancam punah.
“Hewan-hewan ini tidak boleh keluar dari habitat aslinya. Kita harus menjaga mereka di sini. Nanti kita akan bertemu dengan negara-negara atau pembeli sawit kita jika mereka ingin bekerja sama untuk memastikan bahwa hutan ini bisa Dia rawat dan jaga. mereka selamanya, kata Johari pada konferensi pers di Sabah.
Sementara itu, kelompok konservasi WWF menyebutkan populasi orangutan di Pulau Kalimantan tercatat kurang dari 105.000 ekor.
Inisiatif diplomasi orangutan pertama kali diumumkan pada bulan Mei setelah Uni Eropa setuju untuk melarang impor barang-barang terkait deforestasi tahun lalu.
Malaysia, produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, yang digunakan dalam segala hal mulai dari lipstik hingga pizza, menyebut undang-undang tersebut diskriminatif.
Johari mengatakan uang yang dikumpulkan dari perusahaan adopsi orangutan akan dikirim ke lembaga swadaya masyarakat dan pemerintah Sabah untuk memantau kawasan hutan tempat tinggal orangutan dan berupaya memantau keselamatan dan kondisi hewan tersebut.
Namun Johari tidak merinci biaya adopsi tersebut.
Mark Ankernaz, direktur ilmiah LSM Kehutanan, berharap skema ini dapat mendanai upaya konservasi habitat, seperti membangun koridor antara hutan-hutan yang sangat kecil dan terfragmentasi untuk mendukung populasi satwa liar yang dapat bertahan hidup.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel