Bisnis.com, JAKARTA – Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) menyarankan pemerintah harus lebih selektif dalam melaksanakan program pangan gratis (MBG), meski pembagian gratis menjadi agenda utama Presiden Prabowo Subianto.
Direktur CIPS Anton Rizki Silêman mengatakan pemerintah harus lebih selektif dalam memberikan MBG kepada penerimanya agar bantuan ini lebih efektif dan tepat sasaran. Apalagi, lanjut Anton, dana yang dialokasikan pemerintah untuk penutupan MBG sangat besar.
Makanya kami tetap berpegang pada pendekatan yang lebih tepat sasaran dan semuanya [tunjangan makan gratis] tidak boleh diberikan secara cuma-cuma,” kata Anton saat ditemui Bisnis, Jakarta, Rabu (13/11/2024).
Selain itu, Anton mengatakan tujuan program MBG adalah memastikan anak-anak di Indonesia mendapatkan pangan yang baik. Untuk itu, ia menilai penggunaan anggaran perlu dilakukan secara lebih efektif.
Jika melihat beberapa negara yang sudah melaksanakan program school feeding, Anton mengungkapkan ada banyak model berbeda yang bisa ditawarkan kepada penerima MBG. Salah satunya diukur berdasarkan pendapatan orang tua dan melalui sistem voucher.
Selain itu, terdapat kebutuhan untuk melaksanakan program MBG di tingkat lokal. Artinya, sekolah dan pemerintah daerah mengidentifikasi dan mengembangkan program MBG dengan pendekatan yang paling tepat.
Tentu saja kalau kita melihat permasalahan pangan di sekolah-sekolah di Jakarta dan pangan di sekolah-sekolah di Papua atau daerah terpencil akan sangat berbeda, permasalahannya pasti jauh berbeda, sehingga pendekatannya pun harus berbeda.
Jelang program pangan gratis yang dimulai Januari 2025, Anton mengatakan pihaknya terbuka untuk menyampaikan ide dan melihat contoh di negara lain.
“Kita harus menciptakan hasil, hasilnya siswa di Indonesia mendapat makanan enak, belajar dengan baik, dan prestasi akademiknya meningkat,” ujarnya.
Seperti diketahui, pemerintah mengucurkan dana Rp71 triliun untuk program Makan Gratis (MBG) hingga tahun 2025.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan dana MBG tidak menerima anggaran pendidikan dari kementerian/departemen lain. Namun, diakuinya anggaran sebesar Rp 71 triliun untuk program MBG berasal dari alokasi dana pendidikan atau 20% APBN.
Meski begitu, dia menjelaskan alokasi skema MBG merupakan dana utama sehingga tidak melibatkan anggota kementerian/organisasi mana pun.
Ia merinci, dana pendidikan tersebut selain anggaran Kementerian Pendidikan, BRIN, Kementerian Agama, dan Kementerian PUPR, juga mencakup dana atau cadangan pendidikan yang masuk dalam belanja tersebut.
“Cadangan pendidikan ini akan dibelanjakan. “Jadi tidak diambil dari jabatan yang dicadangkan, tapi bisa diambil dari cadangan diklat,” jelas Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komite IV DPD RI di Kompleks Parlemen Senayan, untuk selanjutnya kita bisa mengajukan permohonan Pangan. Program Gunakan Makanan Gratis. , Jakarta Pusat, Senin (9 Februari 2024).
Temukan berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel