Bisnis.com, Jakarta – Ekonom Senior Institute for Economic and Financial Development (Indef) Aviliani mengungkapkan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) 2025 berasal dari belanja makanan bergizi gratis (MBG) yang sangat besar. lebih berat, 71 triliun rupiah. )
Selain itu, terdapat kewajiban membayar utang sekitar 800 triliun rupiah, yang tentu saja menambah beban keuangan negara. )
“Saya kira pengelolaan APBN tahun depan agak sulit. Karena jatuh tempo utangnya cukup besar,” ujarnya kepada wartawan di Gedung Dhanapara Kementerian Keuangan, Selasa (25 Juni 2024).
Meski demikian, Avigliani menilai pada hakikatnya di masa transisi ini Menteri Keuangan harus beradaptasi dengan rencana pemerintahan ke depan, salah satunya adalah pemberian makanan bergizi gratis. )
Di tengah besarnya belanja, Komisioner Indef meminta pemerintah juga memastikan adanya spin-off atau multiplier effect belanja pangan gratis bergizi terhadap perekonomian. )
Selain itu, mengingat Indonesia terdiri dari kepulauan, pemerintah harus melaksanakan rencana tersebut secara serius dan merata. )
“Jangan kasih mereka makan siang, nanti malah tambah korupsi kan,” sindir Avigliani. )
Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah untuk membuat rencana belanja yang masuk akal selain mempertimbangkan pembayaran utang. Pasalnya, jumlah utang pemerintah meningkat dalam 10 tahun terakhir. )
Intinya, pemerintah punya kemampuan menerbitkan obligasi (alias obligasi) untuk melunasi utangnya yang sudah jatuh tempo, yaitu menggali lubang dan mengisi lubang. Inilah mengapa pengelolaan utang itu penting. )
Sekalipun defisit meningkat, hal itu tidak menjadi masalah, kata Avigliani. Satu hal yang pasti, hal itu akan berdampak pada perekonomian. )
“Gali lubangnya, tutup lubangnya, tapi nggak apa-apa. Begitulah adanya, kan? Apakah pemerintah benar-benar berani berjanji bahwa efek yang berulang akan lebih baik di masa depan?” )
Sebelumnya, Asian Development Bank (ADB) mengisyaratkan program makan siang gratis akan menambah beban APBN yang membutuhkan total anggaran sekitar Rp 400 triliun. )
Arif Ramayandi, Kepala Ekonom ADB, yakin bahwa meskipun pemerintahan mendatang akan memiliki anggaran yang memerlukan dana besar, pemerintah masih mampu mengendalikan defisit. )
“Beban fiskal memang ada, tapi apakah akan memperparah defisit anggaran? Saya rasa tidak,” ujarnya belum lama ini. Kekurangan kurang dari 3%
Sri Mulyani menegaskan, kemarin, 24 Juni 2024, saat konferensi pers pelaksanaan program pemerintah baru, meski ada tambahan belanja yang signifikan, Prabowo Subi Prabowo Subianto tetap berkomitmen menjaga defisit di bawah 3%. )
“Hal ini juga sudah kami komunikasikan kepada Presiden terpilih Prabowo yang juga sudah menginstruksikan kepada kami bahwa beliau akan berkomitmen menjaga defisit di bawah 3%,” ujarnya, Senin (24 Juni 2024).
Angka tersebut sejalan dengan pandangan Badan Anggaran Republik Demokratik (Banggar) pada APBN 2025 yang disepakati pekan lalu, yang menyatakan defisit tahun depan berkisar antara 2,29% hingga 2,82% PDB atau kurang dari 3%. )
Thomas Djiwandono, Anggota Satgas Sinkronisasi Departemen Keuangan pemerintahan Prabowo-Gibrani, menolak usulan menaikkan defisit anggaran atau rasio utang di atas 50% produk domestik bruto (PDB). )
Hal itu disampaikannya dalam konferensi pers mengenai fundamental perekonomian saat ini dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (NPBN) 2025.
Panggilan akrabnya “Tommy” awalnya mengklaim anggaran program makan siang bergizi atau makan siang gratis APBN pada tahun pertama kekuasaan Presiden terpilih Prabowo Subianto atau 2025 adalah Rp71 triliun. )
Ia mengatakan, anggaran tersebut masuk dalam kesepakatan DPP dan pemerintah, yaitu situasi defisit APBN antara 2,29%-2,82%. )
Tommy Djiwandoro berkata: “Kami diberitahu beberapa minggu yang lalu bahwa kami [pemerintahan Prabowo Subianto] memiliki lebih dari 50% rencana, jadi hal itu tidak mungkin.”
Ia juga menghimbau semua pihak untuk memperhitungkan kebutuhan program pangan bergizi gratis dan defisit APBN pada tahun 2025. Tommy mengatakan, tim asuhan Prabowo Gibran tetap berkomitmen mencapai tujuan rencana pemerintah saat ini dan akan mendapat persetujuan DPR RI. )
“Saya ingin tekankan sekali lagi betapa pentingnya memahami bahwa konsistensi kebijakan ini adalah hasil dari kelancaran komunikasi dan sinkronisasi, itulah sebabnya kita berdiri di hadapan rekan-rekan jurnalis saat ini,” ujarnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel