Bisnis.com, Jakarta – Mahkamah Agung (MA) pada 24 April 2024 menyetujui gugatan yang diajukan 19 warga melalui gugatan perdata terkait pinjaman online (Pinjol).
Nining Alitos, Dhyata Katurani, Sri Baskoro, Betty Martina, Ahmed Muaz, Minarsih, Henny Sushilawati, Devi Purwati, Nurul Kartik Putri, Gani Saputro, Siti Amina, Yulianati, Asfinawati, Nur Rosid Murtadho, Irene Kurunihan Kurun Sum, Nur Residen Berikut ini adalah 19 warga. Daya Ariyati P , putra Warsiti Hazar, Muhuryati dan Leon Alwinda.
Mereka menggugat Presiden RI Joko Widodo, Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin, Ketua DPR Ri Puan Maharani, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Ari, dan Ketua DPR RI Joko Widodo. Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar.
“Terdakwa melakukan perbuatan melawan hukum dan menghukum terdakwa I, II, dan III,” putusan MA mengutip Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) Kabupaten Jakarta Pusat. Pengadilan (PN) pada Selasa (23/7/2024).
Dalam putusan tersebut, MA meminta Menteri Komunikasi dan Informatika membuat aturan untuk menjamin pengajuan pinjaman online dan perlindungan hukum bagi masyarakat.
Berkolaborasi dengan perusahaan jasa distribusi aplikasi digital untuk membuat regulasi yang menjamin izin pendaftaran sebagai prasyarat pengoperasian aplikasi peer-to-peer (P2P) lending atau pinjol di Indonesia.
Lebih lanjut, Mahkamah Agung memerintahkan Menteri Komunikasi dan Informatika untuk menciptakan sistem pemantauan keamanan data pribadi yang terintegrasi dan efisien bagi seluruh pengguna aplikasi pinjaman online dan pelaku usaha pinjaman online.
“Memerintahkan terdakwa IV [Menkominfo] untuk melakukan penegakan hukum terhadap tindak pidana yang dilakukan dalam praktik pinjam meminjam pada aplikasi P2P lending atau pinjaman online,” kata MA.
Mahkamah Agung juga menghukum Ketua, Wakil Ketua, dan Ketua DPR serta meminta mereka melakukan pengawasan terhadap Pimpinan OJK yang membuat aturan yang menjamin perlindungan hukum bagi seluruh pengguna aplikasi pinjaman online dan masyarakat;
Presiden, Wakil Presiden, dan Ketua DPR diminta mengawasi terciptanya aturan yang mengikat, antara lain:
1. Aplikasi Pinjaman Online Proses pengujian kelayakan pengajuan pinjaman yang memenuhi kebutuhan masyarakat, sebelum perusahaan menyetujui perjanjian pinjaman.
2. Akses data pribadi terbatas pada kamera, mikrofon, dan lokasi saja. Dalam hal akses di luar ketentuan ini, orang yang menggunakan aplikasi pinjaman online dapat menolak akses tanpa mempengaruhi kelayakan pengajuan pinjaman.
3. Menjamin tidak adanya ketentuan baku dalam kontrak elektronik
4. Larangan dan pembatasan yang tegas terhadap penyebaran data pribadi seluruh pengguna aplikasi pinjaman online oleh perusahaan pengelola aplikasi pinjaman online dan oleh pihak ketiga yang bekerja sama dengan perusahaan pengelola aplikasi pinjaman online.
5. Pembatasan biaya administrasi perkreditan berdasarkan nilai wajar dan wajar
6. Membatasi bunga pinjaman pada tingkat bunga yang direkomendasikan (mortar interest).
7. Larangan dan sanksi tegas terhadap penagihan utang dengan cara tindak pidana yang dilakukan oleh perusahaan penyelenggara aplikasi pinjaman online dan pihak ketiga yang bekerja sama dengan perusahaan penyelenggara aplikasi pinjaman online.
8. Mekanisme penyelesaian keluhan dan perselisihan nasabah
9. Pelanggaran perlindungan konsumen, pelanggaran hak privasi, pelanggaran hak atas rasa aman dan tindak pidana dalam proses sanksi dan penagihan, termasuk pembatalan izin usaha bagi perusahaan aplikasi pinjaman online dan pihak ketiga yang bekerjasama dengan pinjaman online perusahaan aplikasi.
Mahkamah Agung meminta Ketua OJK memantau penggunaan aplikasi pinjaman online oleh masyarakat untuk memastikan tidak ada pelanggaran hukum.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel