Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Kelautan dan Investasi (Marves) Luhut Pandjaitan mengatakan kebutuhan dana untuk Program Ibu Kota Negara (IKN) dan pangan sehat tidak akan menjadi masalah pada pemerintahan mendatang.
Berdasarkan model ekonomi yang dibuat, saya melihat tidak ada masalah pembiayaan dalam lima tahun ke depan, kata Luhut di sela-sela peluncuran neraca sumber daya kelautan di Denpasar, Bali, Jumat.
Menurut dia, berdasarkan kajian ekonomi Kementerian Koordinator Kelautan dan Perikanan, pemerintah masih bisa mengalokasikan dana hingga Rp612 triliun setiap tahunnya dengan asumsi defisit anggaran mencapai 2,5 persen.
Anggaran tersebut, kata dia, bisa dialokasikan untuk program makan siang gratis, pengembangan IKN, termasuk penyelesaian pembangunan jalan di Sumatera.
“Kita masih bisa dapat Rp 612 triliun setiap tahunnya, kita manfaatkan dan bisa selesaikan jalan tol di Sumatera, bisa untuk makanan sehat, program IKN juga bisa berjalan dan lain sebagainya. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” ujarnya.
Untuk mendukung anggaran, lanjutnya, banyak upaya yang perlu dilakukan, antara lain memastikan teknologi pemerintah berkembang, pembayaran pajak perlu digencarkan, dan memastikan tidak ada tunggakan.
Ia mengaku berharap IKN dan program makan siang sehat bisa terlaksana sepenuhnya meski keputusan ada di tangan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Saya tidak mau berpikir nanti akan ditinggalkan setelah Prabowo Subianto dilantik, tapi menurut saya program pangan sehat adalah program yang bagus,” imbuhnya.
Di sisi lain, dalam kesempatan khusus, Direktur Program Institute for Development and Economic Finance (Indef), Eisha Maghfiruha Rachbini, dalam debat publik pada Kamis (4/7) mengatakan perlunya memperhatikan isu-isu tersebut. jatuh tempo utang negara, khususnya untuk program nasional berikutnya.
Ia mengatakan, berdasarkan data Kementerian Keuangan, hingga 30 April 2024, utang negara yang berakhir pada 2025 mencapai Rp 800,33 triliun.
Adapun porsi utang yang jatuh tempo pada tahun 2025 berupa Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 88,28 persen dan pinjaman sebesar 11,72 persen. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan utang yang berakhir pada 2024 yang mencapai Rp 424,29 triliun.
“Sangat perlu kewaspadaan di tengah program pemerintah yang luar biasa yang melaksanakan pembiayaan program seiring dengan jatuh tempo utang,” ujarnya dalam diskusi online yang dipantau di Denpasar.
Berdasarkan data APBN April 2024 yang dipublikasikan Kementerian Keuangan edisi Mei, komposisi utang per 30 April 2024 mencapai Rp8.338 triliun.
Besaran utang tersebut sebesar 38,64 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau di bawah batas aman sebesar 60 persen PDB sesuai UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Lebih rincinya, komponen utang terdiri dari SUN yang mencapai 87,94 persen atau mencapai Rp7,333 triliun dan pinjaman yang mencapai 12,06 persen atau Rp1,005 triliun.
Sedangkan utang negara sebagian besar berasal dari negara dengan porsi 71,18 persen.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel