Bisnis.com, JAKARTA – Uji coba 6G yang dilakukan beberapa waktu lalu di Jepang membuahkan hasil yang mengejutkan. Jaringan ini mampu mengunduh data 500 kali lebih cepat dibandingkan kapasitas rata-rata 5G. Teknologi 6G dapat mengunduh 9 film Netflix seperti Queen of Tears dalam hitungan detik.
Mengutip Phone Arena, Senin (5/6/2024), demonstrasi eksperimental menggunakan prototipe perangkat nirkabel juga menunjukkan kecepatan unduh jaringan 6G masih 10 kali lebih cepat dibandingkan 5G pada posisi terbaiknya.
Berkaca dari hasil demonstrasi, jaringan 6G disebut mampu mengunduh 8 hingga 9 film dari Netflix dengan kualitas rata-rata 1,5GB ke perangkat seluler hanya dalam beberapa detik.
Sementara itu, 5G membutuhkan perangkat yang sangat bertenaga dalam kondisi optimal untuk mencapai kecepatan unduh yang maksimal. Artinya, 10 Gbps.
Sedangkan 6G telah diuji pada jaringan frekuensi tinggi di rentang 100GHz dan 300GHz. Jaringan ini dapat digunakan untuk berbagai tugas, mulai dari mengemudi kendaraan bermotor secara otomatis, operasi medis jarak jauh, hingga mengunduh film resolusi tinggi dengan kecepatan tinggi.
Pekerjaan serupa juga diterapkan pada jaringan 5G saat masih dalam tahap uji coba beberapa tahun lalu. Namun, beberapa hal seperti mobil tanpa pengemudi dan intervensi medis jarak jauh belum diterapkan, meskipun 5G digunakan secara luas.
Lebih lanjut, jaringan 6G sekaligus akan menawarkan lebih banyak ruang untuk lalu lintas data dalam jaringan yang sama.
Bahkan, kecepatan jaringan ini diharapkan memungkinkan pengguna mengakses Internet tanpa Wi-Fi. Kondisi ini dilaporkan terjadi dengan dukungan kecepatan 5G saat ini.
Namun diperkirakan ketersediaan jaringan 6G di pasar komersial baru akan terjadi pada tahun 2030.
Sebelumnya, hasil sidang World Radiocommunication Conference (WRC) 2023 memutuskan Indonesia bisa menggelar 5G dan 6G pada spektrum frekuensi 7 GHz. Terdapat broadband 100 MHz di 7025-7125 MHz yang bisa digunakan untuk kedua teknologi baru tersebut.
Selain itu, sidang WRC 2023 juga memutuskan Indonesia mendapat 2 alokasi baru, yakni radio location service dan Aviation mobile service.
Pemanfaatan spektrum layanan radiolokasi digunakan untuk mengimplementasikan Wind Profiler Radar untuk pemantauan cuaca. Sedangkan spektrum Aviation Mobile Service ditujukan untuk aplikasi non keselamatan atau deteksi titik panas jika terjadi kebakaran.
Hasil uji coba WRC pada pita 7 GHz untuk jaringan seluler 5G/6G, tulis akun Instagram SDPPI_Kominfo, dikutip Senin (25/12/2023).
Dalam laporan Mobile World Live, peneliti dari Nokia Bell Labs dan Ericsson mengatakan bahwa memiliki spektrum dalam kisaran sentimeter antara 7GHz dan 15GHz sangat penting bagi 6G untuk mewujudkan potensinya.
Memiliki spektrum pada frekuensi ini dapat mendukung berbagai aplikasi canggih yang dapat diaktifkan oleh 6G dan beberapa situasi di mana rentang sentimeter serta rentang sub-terahertz dapat menjadi spektrum yang berguna.
6G juga dapat mendukung kasus penggunaan tingkat lanjut dan meningkatkan efisiensi energi dalam penyediaan jaringan.
Sementara itu, penelitian RAN 2030 yang diterbitkan oleh Dell’Oro Group menunjukkan bahwa penggunaan global pita 6G sub-7 GHz untuk telepon seluler akan mencapai $10 miliar hingga $20 miliar pada tahun 2030.
Sekadar informasi, Korea Selatan sebagai salah satu negara terdepan dalam jaringan 5G ingin menjadi negara pertama yang meluncurkan jaringan 6G dalam beberapa tahun ke depan.
Pada Februari 2023, dilansir GSM Arena, Negeri Ginseng bahkan berencana meluncurkan jaringan 6G komersial pada 2028. Peluncuran ini dimajukan dua tahun dibandingkan rencana awal.
Untuk mendorong inisiatif ini, pemerintah Korea Selatan akan memberikan insentif kepada perusahaan lokal untuk memproduksi bahan dan komponen yang diperlukan untuk pengembangan 6G.
Mereka juga berencana memperkuat rantai pasokannya untuk mendukung jaringan tersebut. Studi kelayakan yang mengkaji teknologi-teknologi utama 6G sedang dilakukan. Proyek ini menelan biaya 625,3 miliar won atau sekitar 482,1 juta dolar (setara 7,2 triliun rupiah).
Sementara itu, China mengklaim berhasil memecahkan rekor streaming data berkat 6G. Peneliti Tiongkok mengirimkan 1 terabyte data sejauh 1 km dalam satu detik menggunakan 6G.
Melansir Digwatch, Senin (25/12/2023), Jepang berencana mengubah undang-undang terkait Nippon Telegraph and Telephone (NTT) untuk memfasilitasi pengembangan teknologi 6G generasi berikutnya.
Langkah strategis ini bertujuan untuk mempercepat penelitian 6G dengan membentuk tim proyek khusus, memperkuat kepemimpinan Jepang dalam jaringan seluler canggih di tengah persaingan global yang ketat di industri telekomunikasi.
Pada bulan Juli 2023, NTT dan para peneliti di Institut Teknologi Tokyo mengumumkan keberhasilan demonstrasi modul pemancar array yang memungkinkan transmisi data berkapasitas sangat tinggi secara instan ke receiver seluler.
Dalam pernyataannya, NTT menyoroti bahwa para peneliti telah berhasil mencapai apa yang diklaimnya sebagai transmisi data nirkabel pertama di dunia melalui beamforming pada pita 300 GHz, yang diharapkan dapat digunakan dalam pembangunan sistem 6G di masa depan.
Karena sistem komunikasi nirkabel 6G belum terstandarisasi, kecepatan komunikasi nirkabel yang sangat tinggi diharapkan dapat dicapai dengan menggunakan pita 300 GHz.
Sedangkan untuk Indonesia, belum ada pembahasan mendalam mengenai 6G. Pemerintah dan operator seluler masih sibuk meratakan jaringan 4G dan meningkatkan kapasitas 5G.
Teknologi 5G yang ada 2 tahun lalu masih ada hingga saat ini. Telkomsel menjadi operator dengan jumlah BTS 5G terbanyak, disusul Indosat. Sementara XL Axiata dan Smartfren terkendala spektrum dan ekosistem yang belum berkembang.
Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita dan WA Channel