Business.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS menjelang rilis data suku bunga The Fed dan pertumbuhan ekonomi.
Profit Director ForexIndo Futures Ibrahim Asuaibi meyakini rupiah akan menguat pada hari ini, Selasa (7/5/2024), pada kisaran Rp15.960-Rp16.060 per dolar AS.
Kemarin, rupiah ditutup menguat 0,36% atau 57,5 poin pada Rp16.025 terhadap dolar AS. Hal ini terjadi di tengah indeks dolar AS yang menguat 0,07% menjadi 105,10.
Selain rupiah, mata uang Asia lainnya juga menguat, seperti dolar Taiwan menguat 0,02%, Korea Selatan menguat 0,29%, peso Filipina menguat 0,24%, dan yuan Tiongkok menguat 0,37%.
Sementara mata uang Asia lainnya ditutup melemah dengan yen Jepang melemah 0,50%, dolar Singapura melemah 0,13%, rupee India melemah 0,05%, ringgit Malaysia melemah 0,06%, dan baht Thailand melemah 0,06%.
Ibrahim Asuyibi mengatakan greenback melemah karena data non-farm payrolls bulan April lebih lemah dari perkiraan. Data tersebut memperkuat spekulasi bahwa melemahnya pasar tenaga kerja akan memberikan insentif lebih besar bagi Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga.
Data pada hari Jumat menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS melambat lebih dari perkiraan pada bulan April dan pertumbuhan upah tahunan turun di bawah 4,0% untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun, karena tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja meningkatkan harapan bahwa bank sentral AS dapat merencanakan pelonggaran kebijakan.
Pasar kini telah memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 45 basis poin tahun ini, sepenuhnya memperhitungkan menjelang penurunan suku bunga pada bulan November.
The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil pada akhir pertemuan kebijakan moneternya pekan lalu, namun telah mengisyaratkan kesediaannya untuk menurunkan suku bunga, meskipun hal tersebut mungkin memakan waktu lebih lama dari perkiraan.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,11% (tahun/tahun) pada triwulan I tahun 2024. Pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi 5,04% dibandingkan triwulan IV tahun 2023.
Pertumbuhan tersebut ditopang oleh konsumsi domestik, laju Idul Fitri, dan pemilu 2024
Transisi menuju Ramadhan yang jatuh pada kuartal pertama tahun 2024 menciptakan efek dasar yang lebih rendah, yang berkontribusi terhadap pertumbuhan yang lebih tinggi.
Selain itu, peningkatan belanja terkait pemilu presiden 2024 akan mendorong belanja pemerintah dan lembaga nirlaba yang melayani keluarga, termasuk partai politik.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel