Bisnis.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah diperkirakan berfluktuasi pada perdagangan hari ini, Kamis (9/5/2024) setelah ditutup menguat pada sesi sebelumnya.
Rupiah menguat 46,50 poin atau 0,30% menjadi 15.479,5 rupiah per dolar AS pada Rabu (04/09/2024), menurut data Bloomberg. Bersamaan dengan itu, indeks dolar AS melemah 0,19 persen hingga mencapai 101,63.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Aswaibi memperkirakan nilai tukar rupiah akan melemah pada perdagangan Kamis (9/5/2024).
Namun diperkirakan akan ditutup menguat pada kisaran Rp 15.400 – 15.520 per dolar AS, tulisnya dalam keterangan tertulis yang dikutip, Kamis (9 Mei 2024).
Ibrahim mengatakan investor bersiap menghadapi data penting selama seminggu, termasuk laporan payroll AS yang akan dirilis Jumat depan.
Laporan ketenagakerjaan ini, kata Ibrahim, diperkirakan akan berdampak besar terhadap keputusan Federal Reserve atau The Fed yang akan diumumkan pada 18 September 2024.
“Ekspektasi terhadap data upah ini meningkat setelah komentar Ketua Fed Jerome Powell bulan lalu mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga di tengah kekhawatiran lemahnya pasar tenaga kerja,” ujarnya.
Menurut CME FedWatch, ada kemungkinan 63% penurunan 25 basis poin, dan 37% kemungkinan penurunan 50 basis poin. Secara keseluruhan, pasar telah memangkas suku bunga sebesar 100 basis poin hingga tahun 2024.
Dari dalam negeri, Ibrahim mengatakan pasar bereaksi positif terhadap data inflasi Agustus 2024 yang sebesar 2,12% year-on-year (y/y). Situasi ini terus berubah karena didorong oleh rendahnya harga berbagai produk pangan.
Namun pemerintah mewaspadai risiko cuaca kering yang dapat mempengaruhi produksi beras, tutupnya.
Inflasi harga yang diatur pemerintah meningkat sebesar 1,68% per tahun karena tingginya harga bahan bakar non-subsidi dan rokok. Sementara itu, inflasi umum terus mengalami tren penurunan dan mencapai 3,04% y/y.
Penurunan harga pangan terutama disebabkan oleh melimpahnya pasokan sesuai musim tanam dan rendahnya harga produk seperti jagung untuk pakan.
Sebelumnya, Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia Agustus 2024 dipatok sebesar 48,9. Harga tersebut mencerminkan penurunan produktivitas sektor manufaktur global di tengah terbatasnya permintaan.
Mitra dagang dan kawasan ASEAN juga menghadapi tantangan yang sama, seperti Amerika yang PMI-nya 48,0 dan Jepang 49,8. Sementara itu, PMI manufaktur Malaysia dan Australia juga mengalami kontraksi masing-masing menjadi 49,7 dan 48,5.
“Di tengah perlambatan PMI Indonesia, optimisme tetap ada terhadap kinerja banyak industri besar di negara ini. Industri makanan dan industri kimia farmasi tumbuh sebesar 5% y/y untuk kuartal kedua berturut-turut.”
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel