Bisnis.com, Jakarta – Hari ini, Jumat (7/6/2024), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan berfluktuasi namun ditutup melemah pada kisaran Rp 16.270-Rp 16.340 per dolar AS.

Rupiah menguat 1,50 poin atau 0,01% ditutup pada Rp16.285 per dolar AS pada perdagangan Kamis (6/6). Di saat yang sama indeks dolar AS melemah 0,16% menjadi 104,10.

PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, data terkini Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja (JOLTS) menunjukkan penurunan signifikan dari 296.000 menjadi 8,059 juta pada akhir April 2024.

“Terendah sejak Februari 2021. Penurunan tersebut menambah kekhawatiran pasar setelah lemahnya laporan indeks manajer pembelian dan penurunan peringkat produk domestik bruto,” ujarnya dalam publikasi riset harian yang dikutip Kamis (6/6/2024).

Menurut dia, pelaku pasar kini fokus pada laporan ketenagakerjaan AS yang akan dirilis pada Jumat. Diperkirakan 185.000 lapangan kerja baru tercipta pada bulan Mei, naik dari 175.000 pada bulan April. Namun, data non-farm payrolls akan menjadi indikator penting pasar tenaga kerja AS.

Sementara itu, The Fed dijadwalkan bertemu minggu depan dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil di tengah tekanan inflasi. CME FedWatch Tools menunjukkan para pedagang bertaruh pada penurunan suku bunga lebih lanjut pada bulan September.

Dari internal, pemerintah mematok defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) pada kisaran 2,45%-2,82% pada tahun anggaran 2025, lebih tinggi dibandingkan target defisit 2024 sebesar 2,29%.

Defisit yang semakin melebar ini menunjukkan perlunya melanjutkan program pemerintah Presiden Joko Widodo serta meningkatkan pembayaran bunga utang, ujarnya.

Ibrahim mengatakan, penting untuk memastikan belanja modal menghasilkan pendapatan yang cukup untuk melunasi utang dengan belanja berbasis utang.

Selain itu, semakin besarnya ruang belanja pada APBN 2025 berpotensi mengurangi fleksibilitas anggaran pemerintahan baru. Pemerintahan baru harus menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 tiga bulan setelah diresmikan.

Sementara itu, para ekonom di Singapura dan Malaysia memperkirakan nilai tukar rupee terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan menghadapi tantangan dalam waktu dekat karena kekhawatiran melemahnya negara-negara emerging market.

Moh Siong Sim, ahli strategi valuta asing di Bank of Singapore, mengatakan rupiah terus didukung oleh kekhawatiran para pelaku pasar. Terutama kebijakan perusahaan multinasional untuk membayar dividen kepada investornya di berbagai belahan dunia.

“Gambaran arus rupiah dalam negeri sangat menantang dalam jangka pendek di tengah pembayaran dividen oleh perusahaan-perusahaan Indonesia yang akan berlanjut hingga pertengahan Juli,” Siong dikutip Bloomberg, Kamis (6/6/2024).

Bank Indonesia (BI) sebelumnya mengejutkan pasar dengan menaikkan suku bunga acuan BI Rate untuk menstabilkan rupiah yang tertekan.

Gubernur BI Perry Warzio, dalam laporan tersebut, berharap nilai tukar rupiah baru ke depan akan stabil dan diprediksi menguat pada kisaran 15.300 hingga 15.700 per dolar AS pada tahun 2025.

Dalam jangka pendek, nilai tukar rupiah masih akan berfluktuasi. Para pedagang saat ini sedang menunggu data penting dari Amerika Serikat pada minggu ini, termasuk data tingkat pengangguran yang akan menentukan arah rupee.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel