Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan berfluktuasi pada perdagangan hari ini, Jumat (17/05/2024), namun ditutup menguat pada kisaran Rp 15.860 hingga Rp 15.950 seiring melemahnya dolar. akibat publikasi data inflasi AS yang berada di bawah ekspektasi.

Pada perdagangan Kamis (16/5), rupee menguat 104,5 poin atau 0,65% menjadi Rp 15.923 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terkoreksi 0,04% menjadi 104,308.

Ibrahim Assuaibi, Chief Profit Officer Forekindo Futures, mengatakan dolar AS tertekan menyusul rilis data inflasi AS yang di bawah ekspektasi. Hal ini meningkatkan kemungkinan The Fed akan menurunkan suku bunga di masa depan.

“Data-data ini, yang juga disertai dengan data penjualan ritel yang lebih lemah dari perkiraan, meningkatkan ekspektasi bahwa inflasi akan semakin turun dalam beberapa bulan mendatang, sehingga membuat The Fed lebih percaya diri untuk mulai memangkas suku bunga,” jelasnya dalam publikasi riset tersebut. dikutip. . Jumat (17 Mei 2024).

Indeks Harga Konsumen (CPI) AS naik 0,3% dari bulan sebelumnya dan 3,4% dari tahun sebelumnya di bulan April, melambat dari bulan Maret. Inflasi inti – yang tidak termasuk biaya makanan dan bahan bakar – juga turun.

Angka inflasi yang relatif di bawah perkiraan membuat imbal hasil Treasury 10-tahun menjadi 4,35%, level terendah dalam sebulan, dan memicu spekulasi baru mengenai penurunan suku bunga Fed pada bulan September.

Menurut CME FedWatch Tool, sekitar 70% pedagang kini memperkirakan setidaknya satu kali penurunan suku bunga pada pertemuan bulan September, peningkatan yang signifikan dari minggu lalu.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi ULN Indonesia mencapai $403,9 miliar atau Rp6.491,56 triliun (kurs Rp16.072 terhadap dolar AS) pada akhir triwulan I-2024.

Asisten Gubernur dan Kepala Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, posisi ULN pada periode tersebut mengalami penurunan dibandingkan posisi ULN pada triwulan IV 2023 yang sebesar $408,5 miliar atau 6.565,49 triliun rupiah. 

“Penurunan posisi ULN ini berasal dari ULN pemerintah dan swasta,” kata Erwin.

Erwin mengatakan, secara tahunan, ULN Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,02% (y/y) pada kuartal I 2024, setelah tumbuh sebesar 3,0% secara tahunan pada kuartal sebelumnya.   

Disebutkan, posisi ULN pemerintah pada triwulan I 2024 tercatat sebesar $192,2 miliar atau Rp3,089 triliun, dari posisi triwulan sebelumnya sebesar $196,6 miliar atau Rp3,159 triliun. 

Secara tahunan, ULN negara mengalami penurunan sebesar 0,9% year-on-year, setelah tumbuh sebesar 5,4% year-on-year pada kuartal IV-2024. 

“Penurunan posisi ULN pemerintah terutama dipengaruhi oleh pengalihan dana investor non-residen dari Surat Berharga Negara (SBN) dalam negeri ke instrumen investasi lainnya seiring dengan ‘meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global’, jelas Erwin.

Sejalan dengan itu, Erwin mengatakan ULN swasta juga mengalami penurunan menjadi $197,0 miliar atau Rp3.166,22 triliun pada triwulan I 2024, dibandingkan posisi triwulan sebelumnya sebesar $198,4 miliar atau Rp3.188,7 triliun. 

Secara tahunan, lanjutnya, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,8% year-on-year, lebih dalam dibandingkan kontraksi pada kuartal IV-2024 sebesar 1,2% year-on-year. 

Penurunan pertumbuhan ULN swasta disebabkan oleh korporasi non-keuangan dan keuangan yang mencatat kontraksi sebesar 1,8% year-on-year dan 1,6% year-on-year.

Ibrahim mengatakan, sebagai salah satu komponen instrumen pembiayaan APBN, penggunaan ULN selalu ditujukan untuk mendukung pembiayaan sektor produksi, serta belanja prioritas pemerintah yang terutama mencakup bidang kesehatan dan sosial. sektor jasa. kegiatan sebesar 21,1% dari total ULN pemerintah.

Ia memperkirakan pada perdagangan hari ini rupiah akan berfluktuasi namun mendekati menguat di kisaran Rp15.860-Rp15.950 per dolar AS.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan VA Channel