Bisnis.com, Jakarta – Analis mengungkapkan penurunan laba perusahaan asuransi secara keseluruhan pada kuartal I/2024 disebabkan oleh kekuatan perseroan dan kondisi pasar.
Alasannya antara lain meningkatnya klaim asuransi, kompetitor, minat investasi, regulasi seperti POJK 20 Nomor 2023 usulan produk asuransi credit-linked atau pembiayaan syariah, kebijakan syariah atau hasil penjaminan, PSAK 117, pencapaian digitalisasi, perolehan solusi atau pemenangan sengketa dan lain-lain.
Saat dihubungi Bisnis, Rabu (31/7/2024), Wahid Al-Din mengatakan, “Tantangan yang dihadapi perusahaan asuransi pada tahap pertama adalah perubahan kebutuhan nasabah.”
Wahyuddin mengatakan konsumen semakin sadar dan berubah kebutuhannya terutama harga keekonomian, syarat dan ketentuan serta pelayanan terbaik. Tidak hanya itu, perusahaan Tbk harus terus mendapatkan kepercayaan dari konsumen dan masyarakat, lanjutnya.
Berikutnya adalah digitalisasi, dimana agar dapat bersaing, perusahaan harus berinvestasi pada teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan layanan pelanggan bahkan business-to-business (B2B) yang bekerjasama dengan bank dan badan usaha non-banking business (BUSB) atau business-to-consumer. . (B2C) untuk produk business-to-business (B2B) itu mudah.
Wahid Al-Din menambahkan, pada akhirnya tantangan yang dihadapi perusahaan asuransi pada paruh pertama tahun 2024 adalah regulasi yang lebih ketat.
“Kepatuhan terhadap undang-undang permodalan, peraturan dan persyaratan lainnya merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan aktivitas bisnis,” ujarnya.
Pada kuartal II/2024, Wahid Al-Din meyakini industri asuransi masih tumbuh meski tidak signifikan yakni antara 2-5%. Namun, perusahaan berada dalam kondisi ketidakpastian.
“Tantangannya sama seperti tahap pertama/2024. Namun produk asuransi seperti asuransi GIIAS 2024 sudah banyak,” ujarnya.
Banyak perusahaan asuransi yang mencatatkan peningkatan laba bersih hingga Juni 2024. Misalnya saja PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI) yang mencatatkan laba setelah pajak sebesar Rp 16,13 miliar pada bulan Juni 2024. Angka tersebut meningkat 218,3% year-on-year ( Y/Y) sebesar Rp 5,06 miliar pada Juni 2023.
Berikutnya adalah PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk (AMAG) yang mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 113,19% year-on-year menjadi Rp 119 miliar pada Juni 2024. Pada Juni 2023, laba bersih perseroan hanya mencapai Rp 55,98 miliar. .
Ada yang bisa mengubah kerugian menjadi keuntungan yaitu PT Asuransi Harta Aman Pratama. Perseroan mencatatkan laba setelah pajak sebesar Rp69 juta, padahal sebelumnya mencatatkan kerugian sebesar Rp6,99 miliar pada Juni 2023.
Namun beberapa perusahaan asuransi mencatatkan penurunan laba berjalan pada Juni 2024, termasuk PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. dan entitas terkait.
Mengutip laporan keuangan yang dimuat di media, Tugu Insurance mencatatkan laba tahun berjalan sebesar Rp 452,25 miliar. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 56,41% secara tahunan hingga Juni 2023.
Togo Insurance juga mengakui laba perusahaan terkait perusahaan induk sebesar Rp 439 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, laba perusahaan induk mengalami penurunan sebesar 57,6%.
Pasalnya, Togo Insurance tidak akan mendapatkan keuntungan satu kali pun dari klaim kasus hukum Citibank tahun ini, kata Emile Hakim, direktur keuangan dan layanan korporat di Togo Insurance.
Hong Kong mulai tahun 2023, perseroan mendapat dana litigasi sebesar Rp1 triliun sehingga meningkatkan laba bersih perseroan pada tahun lalu.
Kemudian Perusahaan Asuransi BT Victoria Tbk. (VINS) mencatatkan pendapatan sebesar Rp 2,53 miliar, turun 32,89% year-on-year dibandingkan pendapatan sebelumnya sebesar Rp 3,77 miliar.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel