Bisnis.com, Jakarta – Emiten Menara Grup Djarum PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) melaporkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih selama 9 bulan 2024. TOWR mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,44 triliun pada periode Januari-September 2024.

Laba bersih TOWR sedikit meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,42 triliun. Sementara pendapatan TOWR meningkat 8,37% menjadi Rp9,44 triliun dalam 9 bulan 2024, dari Rp8,71 triliun pada periode yang sama tahun 2023.

“Pada kuartal ketiga tahun 2024, SMN mencatatkan hasil bisnis konsolidasi IBST kuartal pertama yang kami peroleh pada 1 Juli 2024. Dengan gembira kami laporkan bahwa akuisisi IBST memberikan kontribusi sebesar Rp 41 miliar kepada TOWR dalam 3 bulan terakhir telah menghasilkan laba bersih,” kata Aming Santoso, Presiden Direktur dan CEO TOWR dalam keterangan resminya, Kamis (31/10/2024).

Lanjutnya, TOWR berharap sinergi operasional terus berkembang untuk meningkatkan kontribusi terhadap laba bersih IBST.

TOWR juga melaporkan jumlah menara terintegrasi mencapai 35.371, meningkat 18,2% dari tahun lalu. Rasio okupansi mencapai 1,64x karena dampak konsolidasi menara dari IBST serta pengalihan titik kontrak sewa menara IOH ke lokasi baru.

Kontribusi pendapatan dari segmen menara terhadap pendapatan konsolidasi TOWR dilaporkan datar di sekitar 67%, sedikit peningkatan dari kuartal sebelumnya sebesar 66% karena dimasukkannya hasil IBST.

Di sisi lain, lanjutnya, pertumbuhan bisnis TOWR dari segmen non menara masih menunjukkan pertumbuhan. Kontribusi pendapatan konsolidasi segmen ini mencapai 33% pada kuartal III 2024, turun tipis dibandingkan 34% pada kuartal II 2024 akibat dampak integrasi IBST.

Pertumbuhan pendapatan pada segmen ini sangat baik, terlihat dari FTTT yang tumbuh sebesar 18,2%, Konektivitas yang tumbuh sebesar 13%, dan FTTH yang tumbuh sebesar 369,4% secara tahunan.

TOWR juga melaporkan bahwa kontributor terbesar dari segmen non-menara adalah sewa fiber, dengan total aset tumbuh 33% setiap tahunnya menjadi 160.000 km. Penggunaan fiber FTTT tanpa IBST tetap stabil pada angka 190% dan tidak termasuk penggunaan fiber yang dilaporkan karena adanya sinergi antar bisnis fiber dalam grup SMN.

Total penggunaan serat FTTT, termasuk pengaruh konsolidasi IBST, rasio pemanfaatan IBST sekitar 132% dengan 182%.

Amin juga mengatakan, pada 25 Oktober 2024, TOWR juga mendapat persetujuan pemegang saham untuk menyelesaikan right issue sebanyak-banyaknya 5 miliar saham baru senilai maksimal Rp 4,5 triliun hingga RUPSLB. Tujuan penggunaan dana right issue adalah untuk melunasi utang-utang perusahaan beserta kebutuhan modal kerja yang diharapkan.

“Secara strategis, dana ini akan memberikan kapasitas baru bagi perseroan untuk melakukan ekspansi organik dan anorganik, serta membantu mempertahankan peringkat investasi perseroan yaitu BBB dari Fitch Ratings dan BBB dari Standard & Poor’s,” ujarnya.

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel