Bisnis.com, Jakarta – PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) melaporkan penurunan pendapatan dan laba bersih selama periode Januari-September 2024 seiring dengan lemahnya kinerja segmen perdagangan dan distribusi BBM. 

Pada 9 bulan 2024, pendapatan AKRA sebesar Rp 28,61 triliun atau turun 4,55% year-on-year (YoY) dari Rp 29,97 triliun pada periode yang sama tahun 2023. Pendapatan utama AKRA berasal dari segmen perdagangan dan distribusi bahan bakar. sebesar Rp 21,48. triliun, perdagangan dan distribusi bahan kimia 4,81 triliun.  

Manajemen AKRA mengatakan pendapatan dari segmen perdagangan dan distribusi bahan bakar turun 6,53% secara year-on-year, didorong oleh sejumlah faktor terkait berkurangnya aktivitas operasional dari pelanggan baik karena cuaca maupun bisnis. Perusahaan menerapkan model bisnis pricing berbasis formula dengan acuan MOPS dan fokus pada volume penjualan. 

Selain itu, pendapatan AKRA juga disumbang oleh segmen sektor industri sebesar Rp1 triliun, jasa logistik Rp812 miliar, dan konstruksi Rp499 miliar. Pendapatan segmen properti industri tumbuh 11% year-on-year, sedangkan pendapatan jasa tumbuh 259% year-on-year, seiring dengan meningkatnya operasional tenant-tenant JIIPE yang menyebabkan peningkatan permintaan terhadap layanan seperti listrik, air, dan lain-lain. 

President AKR Corporindo Haryanto Adikoesoemo mengatakan JIIPE semakin menarik minat investor lokal dan asing, apalagi KEK Gresik JIIPE mendapat penghargaan sebagai KEK Industri Terbaik oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 18 Juli 2024.

Selain itu, laba kotor konsolidasi AKRA hingga kuartal III 2024 tercatat sebesar Rp2,353 triliun dengan margin laba kotor sebesar 8%. Segmen kawasan industri menyumbang 17% terhadap total laba. 

Di tengah tantangan perekonomian global, segmen Perdagangan dan Distribusi mencatatkan laba kotor sebesar Rp 1,734 miliar dan segmen Kawasan Industri mencatatkan laba kotor sebesar Rp 410 miliar. Sedangkan AKRA meraih laba usaha sebesar Rp 1,69 triliun dengan margin 6%. 

“Kami mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,47 triliun per 30 September 2024,” tulisnya dalam siaran pers dikutip, Minggu (27/10/2024). 

Laba bersih AKRA turun 14,19% dibandingkan realisasi Rp 1,69 triliun pada Januari-September 2023. Haryanto menambahkan, EBITDA perseroan berada pada angka Rp 2,1 triliun. 

“Kami memiliki neraca yang sehat, dimana ROA dan ROE perseroan dapat dipertahankan masing-masing sebesar 18% dan 7%. Perseroan juga terus menjaga tingkat net gearing di -0,01 kali atau net cash.” 

AKRA berharap perseroan bisa meningkatkan kinerja di sektor perdagangan dan distribusi pada kuartal berikutnya dan menargetkan penjualan lahan bisa mencapai target 130 hektare.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel