Bisnis.com, JAKARTA – Emiten konglomerat, PT Astra International Tbk. (ASII) membeberkan serangkaian strategi untuk menghadapi persaingan, seiring dengan maraknya produsen kendaraan listrik (electric vehicle/EV) asal China.

Head of Investor Relations ASII Tira Ardianti mengatakan saat ini produsen mobil China sedang giat di pasar EV. Alhasil, persaingan pun mulai bermunculan.

Meski begitu, pangsa pasar mobil listrik saat ini masih kecil dibandingkan pangsa pasar mobil bermesin pembakaran dalam (ICE). Hingga semester I/2024, penetrasi EV di pasar mobil Indonesia sudah mencapai 9,3%. Hal ini menunjukkan pasar mobil listrik semakin berkembang.

Astra kemudian menyiapkan serangkaian strategi untuk menghadapi persaingan pasar EV dengan pabrikan asal China tersebut. “Strategi Astra tentunya akan tetap mencakup produk elektronik. Baik di EV maupun hybrid. Ada tiga mobil EV baru yang akan diperkenalkan Astra,” kata Tira di acara Media Day Astra 2024, Rabu (18/9/2024).

Dengan hadirnya produk baru mobil listrik Astra, diharapkan jangkauan pasar Astra semakin luas.

“Selanjutnya strategi yang penting adalah mendapat tempat di hati konsumen dengan didukung pelayanan yang baik,” kata Tira.

Astra juga memberikan layanan yang komprehensif melalui ekosistemnya, seperti pembiayaan, yang juga didukung oleh jaringan yang luas. “Kami yakin jaringan kami yang luas akan mendekatkan kami dengan konsumen,” ujarnya.

Kemudian Astra mengandalkan ekosistem bisnisnya seperti platform OLXmobbi. Layanan ini fokus pada bisnis online dan offline jual beli mobil bekas berbasis teknologi dan one stop solution.

“Jadi dengan strategi ini dari segi produk dan pelayanan diharapkan bisa membantu kita untuk stabil di pasar. Dipastikan pangsa pasarnya masih di atas 50%,” kata Tira.

Namun ASII masih mencatatkan penurunan penjualan mobil pada Agustus 2024 baik secara year-on-year (y/y) maupun moon-on-month (mo/mo). Total penjualan mobil Astra pada Agustus 2024 mencapai 42.195 unit, turun 16,96% yoy dan turun 3,61% moM.

Pangsa pasar penjualan mobil Astra juga mengalami penurunan pada Agustus 2024 menjadi 55% dibandingkan 59% pada bulan sebelumnya.

Dari sisi kinerja keuangan, pada semester I/2024 ASII mencatatkan penurunan laba dan laba bersih. Tercatat laba bersih ASII turun 9,12% secara tahunan menjadi Rp 15,85 triliun pada semester I/2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 17,44 triliun.

Pendapatan ASII pun turun 1,49% menjadi Rp159,96 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp162,39 triliun.

Astra menghadapi persaingan ketat di pasar mobil listrik dengan masuknya pabrikan China. BYD misalnya, saat ini sedang fokus kuat pada pasar Indonesia.

BYD Indonesia telah memperkenalkan beberapa mobil listrik ke pasar Indonesia, antara lain BYD Seal, BYD Atto 3, BYD Dolphin, dan terbaru BYD M6.

BYD Indonesia juga telah mengumumkan akan memproduksi baterai EV di Indonesia. Sebelumnya, BYD Indonesia menandatangani nota kesepahaman untuk membangun fasilitas produksi berkapasitas 150.000 unit per tahun di Subang Smartpolitan. Total investasi BYD di Indonesia ditargetkan lebih dari 1 miliar USD.

Saat ini BYD memiliki hampir 20 cabang diler atau sekitar 40% dari total rencana pengembangan 50 diler pada tahun ini.

BYD pun sempat dilirik konsumen dengan mencatatkan penjualan impresif pada ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 yang digelar pada 18 Juli 2024 – 28 Juli 2024. 

Pemesanan mobil listrik BYD pada gelaran GIIAS 2024 tercatat sebanyak 2.920 unit atau penjualan terbesar selama 12 hari pameran.

ASII berbagi ide

Di lantai Bursa, pada perdagangan Rabu (18/9/2024), saham ASII ditutup menguat 3,45% ke Rp 5.250 per saham. Dalam sebulan terakhir, harga saham ASII berubah menjadi +2,44%.

Kenaikan harga saham ASII seiring dengan keputusan BI yang menurunkan suku bunga acuan. Berdasarkan Dewan Gubernur (RDG) BI periode 17-18 September 2024, BI memutuskan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6%. Ini merupakan penurunan suku bunga pertama sejak Februari 2021.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga mengatakan penurunan suku bunga acuan memberikan dorongan positif bagi ASII.

“Penurunan suku bunga acuan membawa manfaat menurunkan biaya pinjaman dan meningkatkan permintaan kredit serta mendorong penjualan produk otomotif,” kata Nafan kepada Bisnis, Rabu (18/9/2024).

Nafan merekomendasikan inkremental buy ASII dengan target harga hingga Rp 6.275 per saham.

Analis Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda juga mengatakan distributor mobil seperti ASII berpeluang meningkatkan kinerja keuangan dan kinerja saham pada paruh kedua tahun 2024, seiring dengan sentimen positif kemungkinan penurunan suku bunga acuan.

“Pemangkasan suku bunga dapat mendongkrak kinerja distributor otomotif sehingga return sahamnya kembali menarik dan menarik perhatian investor,” ujarnya.

Selain penurunan suku bunga, sentimen positif lainnya antara lain strategi baru untuk mencapai kinerja yang lebih baik, kemungkinan pemulihan ekonomi, kredit mobil murah, dan peningkatan minat konsumen terhadap kendaraan.

Ia merekomendasikan trading beli ASII dengan target harga Rp 5.300 per saham.

__________

Penafian: berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong Anda membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel