Bisnis.com, JAKARTA – Pasar real estate China belum menunjukkan perbaikan meski pemerintah daerah sudah aktif memberikan insentif. Hal ini pada gilirannya berdampak pada harga rumah yang terus turun.
Berdasarkan laporan Bloomberg, Selasa (18/6/2024), harga rumah baru di 70 kota di China turun 0,71% dibandingkan April 2024. Posisi tersebut merupakan yang terbesar sejak Oktober 2024.
Sementara itu, data Badan Statistik Nasional Republik Tiongkok mencatat harga rumah turun 1% pada Senin (17/6/2024). Angka ini merupakan yang terendah sejak tahun 2011.
Situasi pasar properti belum membaik, meskipun pemerintah Tiongkok telah berbuat banyak untuk memberikan insentif dan mengambil tindakan penyelamatan. Mulai dari komitmen pemerintah untuk membeli rumah yang belum terjual, hingga pemberian insentif untuk meringankan kondisi dan pembayaran sebagian bagi pembeli.
Menanggapi upaya Pemerintah Tiongkok, sejumlah investor dan analis memperkirakan inisiatif ini tidak akan cukup untuk merangsang kembali minat pasar real estate di Tiongkok. Tanpa alasan, berkurangnya dana di bank sentral akan terus menghambat dukungan perumahan bagi masyarakat.
Selain itu, lambatnya pelaksanaan program dan kelebihan pasokan perumahan membuat situasi ini semakin sulit diatasi. Akibatnya, masyarakat tidak lagi punya alasan untuk berinvestasi di sektor properti.
Kepala riset properti China di CGS International Securities, Raymond Cheng, mengatakan harga rumah yang turun lebih dari perkiraan menunjukkan bahwa langkah yang diambil pemerintah bukan yang terbaik untuk mendongkrak kepercayaan konsumen.
“Para pejabat harus mendesak pemerintah daerah untuk mempercepat implementasi kebijakan tersebut,” tulis laporan Bloomberg.
Sekadar informasi, tren harga rumah di China sudah turun sejak tahun lalu. Di sana, pada tahun 2023 harga rumah baru di Tiongkok akan turun sebesar 4,3% dan harga rumah bekas akan turun sebesar 7,5%. Selain itu, indeks saham pengembang China itu turun 2,4% pada perdagangan pagi Senin (17/6/2024).
Di tengah tren ini, para ekonom Wall Street memperkirakan bahwa pemerintah Tiongkok akan terus mengambil langkah-langkah dan mendorong kebangkitan pasar perumahan di negara tersebut. Hal ini sejalan dengan komitmen para pejabat senior untuk mencanangkan program-program yang kreatif dan inovatif.
Hal senada juga disampaikan JPMorgan Chase & Co. analis properti, Karl Chan, memperkirakan akan ada lebih banyak pelonggaran pembatasan pembelian rumah.
Sementara itu, ekonom HSBC Holdings Plc termasuk Jing Liu memperkirakan akan ada langkah-langkah lebih lanjut untuk mengurangi persediaan. Langkah-langkah baru sangat mungkin dilakukan jika kondisi pasar properti tidak membaik dalam beberapa bulan mendatang.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel