Bisnis.com, JAKARTA – Krisis industri otomotif Jerman menyebabkan Volkswagen AG mempertimbangkan kemungkinan menutup pabriknya setelah 87 tahun beroperasi sejak 1937.
Menurut CEO VW Oliver Blume, tantangan perekonomian yang semakin kompleks serta semakin banyaknya pemain baru yang masuk ke pasar Eropa menyebabkan daya saing Jerman menurun sehingga memperburuk situasi industri otomotif.
Situasi perekonomian semakin sulit dan pemain baru mulai masuk ke Eropa. Jerman sebagai lokasi bisnis tertinggal dalam hal daya saing, kata Oliver Blum seperti dikutip Bloomberg, Selasa (03/09/2024).
Langkah ini diperkirakan akan memicu ketegangan dengan serikat pekerja yang kuat di negara tersebut, terutama setelah krisis industri otomotif Jerman, yang menghadapi masa depan yang tidak menentu.
Dalam upaya menjaga kelangsungan bisnis, VW juga mempertimbangkan untuk mengakhiri perjanjian perlindungan tenaga kerja dengan serikat pekerja yang telah terjalin sejak tahun 1994.
Akibatnya, VW mungkin menghadapi PHK massal. Perlu dicatat bahwa VW mempekerjakan sekitar 650.000 pekerja di seluruh dunia, dan hampir 300.000 di antaranya berada di Jerman.
Sementara itu, penutupan pabrik dan ketegangan dengan serikat pekerja akan menjadi ujian berat bagi Blume, yang juga mengepalai merek Porsche. Sebelumnya, beberapa pendahulu Blume di VW juga terpaksa mengundurkan diri karena tekanan serikat pekerja yang kuat.
Manajemen VW mengatakan kekhawatiran utamanya adalah merek penumpang, yang menghadapi penyusutan margin keuntungan karena lambatnya transisi ke kendaraan listrik dan berkurangnya daya beli konsumen.
Jika terealisasi, penutupan tersebut akan menjadi yang pertama di Jerman, dan langkah tersebut juga akan berdampak pada pergerakan saham VW yang secara keseluruhan telah anjlok 13% pada tahun ini.
Saat ini, upaya untuk meningkatkan profitabilitas merek VW menjadi semakin sulit karena meningkatnya biaya logistik, energi, dan tenaga kerja. Margin keuntungan merek VW turun menjadi 2,3% pada paruh pertama tahun 2024, turun dari 3,8% pada tahun sebelumnya.
Tak hanya itu, VW juga tengah berjuang di pasar Tiongkok yang jajaran model kendaraan listriknya tertinggal dibandingkan para pesaingnya. Sementara itu, mobil listrik murah asal China juga mulai masuk ke pasar Eropa sehingga menambah tekanan pada VW.
Menyikapi situasi ini, Kementerian Perekonomian Jerman menyatakan bahwa industri otomotif sedang menghadapi tantangan besar dan transformasi besar.
“Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk mengambil keputusan strategis dengan berkonsultasi dengan para pelaku sosial,” kata Kementerian Ekonomi Jerman.
Rencana untuk mengurangi operasi ini menyusul pengumuman kemungkinan penutupan pabrik di Brussel yang memproduksi mobil listrik Audi berbasis pada Juli 2024 karena biaya tinggi dan rendahnya permintaan. Langkah ini menambah beban bagi VW, yang telah memangkas perkiraan labanya tahun ini karena potensi biaya penutupan pabrik.
Penutupan pabrik besar terakhir VW terjadi lebih dari 30 tahun yang lalu, ketika mereka menutup satu-satunya pabrik perakitannya di AS di dekat Pittsburgh. Sementara di Jerman, VW memiliki beberapa lokasi produksi besar, antara lain Wolfsburg, Emden, Zwickau, dan Hannover.
Sebagai informasi, Grup Volkswagen, termasuk Audi, Lamborghini, Bentley, Bugatti, MAN Truck, memiliki banyak pabrik di Jerman, termasuk kantor pusatnya di Wolfsburg.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel