Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan fintech pinjaman P2P atau yang sering disebut pinjaman online (pinjol) menunjukkan peningkatan pinjaman atau standing financing yang tinggi hingga akhir kuartal I/2024.

Laporan hasil rapat KSSK II pada Jumat (3/5/2024) menyebutkan, pembiayaan utang terus meningkat pada Maret 2024 sebesar 21,85% secara tahunan (YoY/YJ). Dengan nilai nominal Rp62,17 triliun, kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar.

Sebagai perbandingan, pada Februari 2024, pembiayaan pinjaman P2P tercatat sebesar Rp 61,10 triliun, meningkat 21,98% per tahun. Pada bulan Maret 2024, pertumbuhan hanya akan sedikit melambat.

Pertumbuhan Februari dan Maret tahun ini lebih tinggi dibandingkan penyaluran kredit pada Januari 2024 yang sebesar 18,40% per tahun.

Dari nilai tersebut, alokasinya pada sektor manufaktur sebesar Rp7,65 triliun atau setara dengan 33,61% dari total nilai pembiayaan P2P loan. Sementara soal kualitas alokasi dana, Mahendra mengatakan masih dalam kondisi baik.

“Total tingkat risiko kredit macet [TWP90] terjaga di 2,94%,” ujarnya.

Angka tersebut masih di bawah ambang batas 5% yang ditetapkan regulator. Dibandingkan bulan sebelumnya, TWP90 mengalami sedikit penurunan sebesar 2,95% pada bulan ketiga tahun 2024, yang juga sama dengan nilai TWP90 pada bulan Januari 2024. Sedangkan pada akhir tahun lalu, TWP90 berada di angka 2,93. %. Profitabilitas pinjaman P2P

Meski pendanaan meningkat, sektor P2P lending mengalami kerugian sebesar Rp 135,6 miliar pada Januari 2024.

Dari statistik Kantor Jasa Keuangan (OJK), kerugian sedikit membaik menjadi Rp 97,55 miliar pada Februari 2024. Namun dibandingkan tahun lalu, P2P lending justru berhasil meraup keuntungan sebesar Rp 98,25 miliar pada Februari 2023.

Industri fintech P2P lending masih mencatatkan keuntungan hingga akhir Desember 2023 mencapai Rp 478 miliar. Asosiasi Reksa Dana Indonesia (AFPI) pun merespons hal tersebut.

Direktur Eksekutif AFPI Yasmin Meilia Sembiring mengatakan salah satu faktor penyebab kerugian tersebut adalah aturan penurunan suku bunga fintech P2P lending.

Sesuai Surat Edaran OJK (SEOJK) Nomor 19 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Layanan Pembiayaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI), total suku bunga pinjaman yang semula maksimal 0,4% per hari akan dinaikkan secara bertahap dari Januari 2024 akan menurun.

Sedangkan berdasarkan pembiayaan produksi, suku bunga akan diturunkan maksimal 0,1% pada Januari 2024. Sedangkan suku bunga pembiayaan konsumen maksimal 0,3% per hari.

Yasmin mengatakan penurunan suku bunga tidak hanya berdampak pada jumlah yang dibayarkan peminjam kepada penyedia fintech P2P loan.

Namun, penyedia pinjaman fintech P2P juga menjadi lebih selektif dalam menawarkan pinjaman kepada calon peminjam. “Manfaat ekonomi berdampak langsung terhadap risiko, semakin tinggi manfaat ekonomi maka semakin banyak yang bisa kita tawarkan kepada peminjam karena risikonya semakin luas,” jelasnya.

Yasmin menambahkan, faktor lainnya adalah keterbatasan jumlah pinjaman ke platform. Saat ini peminjam hanya bisa meminjam di tiga platform fintech P2P lending. Padahal sebelumnya, peminjam bisa meminjam lima hingga enam platform fintech P2P lending.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA