Business.com, Jakarta – Pangsa penyaluran kredit pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) semakin jauh dari target pemerintah. Hal ini ditengarai karena rasio kredit macet pada UMKM semakin meningkat.

Berdasarkan laporan Analisis Arus Uang yang diterbitkan Bank Indonesia (BI), pangsa penyaluran kredit UMKM mencapai 18,71% pada Mei 2024. Pangsa ini turun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 18,95%.

Pangsa kredit UMKM juga mengalami penurunan pada tahun ini atau sebesar 19,36% dibandingkan Desember 2023. Dengan demikian, porsi kredit UMKM 30% jauh dari ekspektasi pemerintah.

Pertumbuhan kredit UMKM semakin melambat Hingga Mei 2024, kredit UMKM tumbuh sebesar 7,3%, melambat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,1%. Pada periode ini, pada akhir tahun lalu, kredit UMKM meningkat sebesar 7,9%

Dosen Senior LPP Amin Nardin mengatakan, penyebab penurunan porsi kredit UMKM karena UMKM belum pulih 100% pasca Covid-19. Perbankan menjadi lebih berhati-hati karena kondisi tersebut, ujarnya kepada Bisnis, Kamis (18/7/2024).

Selain itu, menurunnya porsi kreditur UMKM juga dipengaruhi oleh semakin besarnya rasio kredit bermasalah (NPL) UMKM. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada Mei 2024, rasio NPL UMKM tercatat sebesar 4,27%, sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya atau April 2024 sebesar 4,26%. 

NPL UMKM juga meningkat signifikan dibandingkan tahun berjalan atau Desember 2023 yang sebesar 3,71%.

Hal lain [akibat penurunan pangsa kredit UMKM] bisa jadi karena latar belakangnya, daya beli masyarakat saat ini tidak normal, kata Amin.

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki mengatakan pemerintah menargetkan pangsa kredit UMKM mencapai 30%. Namun, menurutnya, tujuan tersebut sulit dicapai.

Ia berdalih pemerintah menghadapi kendala dalam meningkatkan porsi kredit UMKM. Menurutnya, selama ini pemerintah, otoritas, dan lembaga jasa keuangan menjadi ketergantungan sebagai jaminan bagi UMKM yang ingin mendapatkan kredit. Akibatnya, banyak UMKM yang enggan mengakses kredit 

Pemerintah kini gencar mendorong kredit UMKM tanpa jaminan. Pada Festival UMKM BNI tahun lalu (8/8/2023), ia mengatakan skor kredit digunakan untuk mendapatkan skor finansial di 145 negara, KPR bukan lagi aset fisik.

Di bidang perbankan, PT Bank Rakiya Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang mencatatkan pangsa Kredit UMKM Jumbu, terus mencatatkan pertumbuhan kredit UMKM. Hingga triwulan I tahun 2024, BRI mencatatkan penyaluran segmen kredit mikro sebesar Rp59,2 triliun hingga Maret 2024, meningkat 10,5% year-on-year. 

Segmen usaha kecil mencapai Rp 12,1 triliun, meningkat 5,4% year-on-year. Berikutnya, segmen usaha menengah sebesar Rp8,3 triliun, meningkat 27,7% year-on-year.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, ke depan BRI berharap ada penguatan kebijakan yang dapat memperkuat daya beli masyarakat dan meningkatkan konsumsi rumah tangga.

Kepada Bisnis, pekan lalu (14/7/2024), ia mengatakan kedua faktor tersebut menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.

Namun NPL UMKM meningkat dari BRI Secara perbankan saja, NPL segmen mikro telah mencapai 2,24% hingga 2,69% pada Maret 2024. Kemudian, segmen usaha kecil sebesar 4,45% hingga 5,44% dan segmen usaha menengah sebesar 2,06% hingga 2,21%.

Supari mengatakan, perseroan memiliki strategi untuk membendung NPL UMKM, antara lain peningkatan alokasi kredit secara selektif, insentif untuk meningkatkan recovery rate, serta pemantauan kredit yang ketat, baik online maupun offline.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga mencatatkan pertumbuhan kredit UKM dan mikro pada triwulan I tahun 2024, dari triwulan I tahun 2023 yang hanya sebesar Rp 223,2 triliun. 

Namun NPL UMKM meningkat di Bank Mandiri Secara perbankan saja, NPL segmen UKM BMRI tercatat sebesar 1,02% pada Maret 2024 dibandingkan 0,93% pada tahun sebelumnya. Kemudian pada periode yang sama, NPL segmen mikro mencapai 1,15% hingga 1,65%.

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatat penyaluran kredit pada segmen UKM mencapai Rp40,6 triliun hingga Maret 2024, turun 4,7% year-on-year dari sebelumnya Rp42,5 triliun. 

Sedangkan secara banking only, rata-rata segmen perseroan memiliki NPL yang stabil sebesar 5,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara NPL segmen usaha kecil meningkat 2,5% menjadi 4%

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel