Bisnis.com, Jakarta – Harga minyak mentah dunia tercatat membaik setelah sempat menguat selama lima hari perdagangan, kemungkinan akibat eskalasi konflik Timur Tengah yang mengimbangi tanda-tanda melemahnya pertumbuhan permintaan global.

Mengutip Bloomberg, Selasa (13/8/2024), harga minyak mentah Brent dilaporkan turun 0,79% per barel, naik hampir 8% dibandingkan lima sesi sebelumnya. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate juga turun 0,79 persen menjadi $79,43 per barel.

Salah satu sentimen yang mempengaruhi pelemahan harga minyak adalah meningkatnya tensi konflik geopolitik di Timur Tengah. AS yakin serangan Iran terhadap Israel semakin mungkin terjadi minggu ini.

Di sisi lain, pasar melihat tanda-tanda melemahnya konsumsi sehingga mendorong OPEC memangkas perkiraan permintaan untuk tahun ini dan tahun depan.

Sementara itu, harga minyak mentah mencatat kenaikan berkelanjutan pada tahun ini. Hal ini didukung oleh pengurangan produksi OPEC+ dan pemulihan stok dari kemerosotan minggu lalu. 

Pelaku pasar menunggu publikasi data Badan Energi Internasional yang akan diumumkan pada Selasa waktu setempat. Sementara itu, data inflasi AS pada hari Rabu dapat memberikan petunjuk tentang kebijakan moneter di negara konsumen minyak terbesar ini.

Ahli strategi pasar IG Asia Pte Yip Jun Rong mengatakan pelonggaran kebijakan The Fed berikutnya akan fokus pada inflasi AS di masa depan. 

“Risiko hard landing belum sepenuhnya hilang. Ini mengindikasikan kemungkinan perlambatan ekonomi, yang dapat mempengaruhi permintaan minyak,” katanya.

Spread minyak mentah, yang menunjukkan kondisi fisik pasar, menunjukkan kekuatan yang mendasari pasar. Hal ini sejalan dengan selisih dua kontrak minyak Brent terdekat yang melebar dalam beberapa sesi terakhir. 

Perbedaan antara kedua kontrak tersebut tercatat sebesar 93 sen per barel, dibandingkan dengan 34 sen pada awal pekan lalu, dalam pola retracement bullish.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel