Bisnis com, Jakarta – Dua emiten nikel yang baru tercatat di Bursa Efek Indonesia, PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) akan menggalang dana segar melalui penerbitan saham bersamaan dengan Skema Compact Rights Issue. 

Harita Nickel atau NCKL telah menyelesaikan tahap uji tuntas terhadap 3 calon investor baru yang akan melibatkan saham baru yang akan diterbitkan. Dalam pemaparan publik terbaru, Direktur Utama Harita Nickel Roy Arman Arfandi mengungkapkan, tiga calon investor strategis telah menjalani proses evaluasi mendalam dan kini sedang mendiskusikan persyaratan dan permintaan mereka sebagai calon pemegang saham NCCL. 

NCCL akan menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 10% sampai dengan sebanyak-banyaknya 30% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor saat ini, yakni sebanyak 18,92 miliar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham.

Dana hasil right issue akan dialokasikan untuk proyek ekspansi guna meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan sumber daya nikel organik untuk mendukung operasional jangka panjang, kata Roy.

Senada, emiten pimpinan Garibaldi ‘Boy’ Thohir MBMA ini juga berencana menerbitkan saham baru dengan skema right issue. 

Rencana tersebut dimaksudkan untuk mendukung kebutuhan likuiditas secara umum, belanja modal, modal kerja, dan pertumbuhan dan/atau pengembangan usaha Perseroan, anak perusahaan dan entitas terkait, baik yang ada saat ini maupun yang mungkin ada di masa mendatang, termasuk namun tidak terbatas pada pembelian saham dan/atau aset, dan/atau penyertaan saham pada satu atau lebih perusahaan, dan cara transaksi lain yang sesuai.

Merujuk prospektus, MBMA akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 10.799.541.990 atau (10,79 miliar) saham. Saham yang akan diterbitkan sebanyak-banyaknya 10% dengan nilai nominal saham Rp100 per saham. 

Prospek NCKL dan MBMA selama tahun 2024

Pasar merespons rencana ekspansi kedua emiten tersebut dengan kenaikan harga saham sepanjang tahun ini. 

Harita Nickel atau NCKL saat ini di harga Rp 1.010 per saham. Year to date, NCKL naik sedikit di atas 1% dengan rekor kapitalisasi pasar sebesar Rp 63,73 triliun. Sementara MBMA menguat 12,50% year-to-date dan diparkir di Rp 630 per saham. Kapitalisasi pasarnya tercatat Rp 68,04 triliun.

Analis Ciptadana Securitas Thomas Raditio menetapkan rating beli pada saham MBMA dengan target harga Rp 820 per saham dalam risetnya. 

Dalam hal kinerja fundamental, laba bersih dan pendapatan Thomas Project MBMA akan menguat selama beberapa tahun ke depan, dari $80,8 juta dan $2,6 miliar menjadi $419,2 juta dan $4,9 miliar pada tahun 2024, dengan CAGR sebesar 73,1% dan 23,5%. akan meningkat pada tahun 2024

Pertumbuhan pendapatan dan laba yang berkelanjutan didorong oleh perluasan operasi di tambang SCM, peningkatan margin di smelter dan matte converter RKEF, serta selesainya smelter HPAL dan proyek AIM, katanya. Pada hari Minggu. (30/6/2024). 

Senada dengan itu, OCBC Sekuritas Research merekomendasikan pembelian saham MBMA dengan target harga Rp 650 per saham. Target tersebut diturunkan dari yang diberitakan sebelumnya Rp 750 per saham. 

Lebih lanjut, OCBC Sekuritas mengatakan pemulihan harga nikel pada kuartal II-2024 akan tercermin pada kinerja MBMA.  

“Secara total, kami memperkirakan angka ini akan mencapai $1,92 miliar pada tahun 2024,” tulis tim analis. 

Sementara untuk NCKL, Analis NH Korindo Sekuritas Axell Ebenhaezer mengatakan akan membeli saham NCKL dengan target harga Rp 1.320 per saham. 

Axel mempertimbangkan rencana peningkatan kapasitas produksi hingga tahun 2024 dan pemulihan harga nikel ketika menentukan prospek optimis kami terhadap NCKL.

Namun ada risiko seperti ketidakpastian perekonomian Tiongkok dan perubahan peraturan pemerintah Indonesia, ujarnya. 

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel