Bisnis.com, JAKARTA – PT Amman Mineral Nusa Tenggara terus mengembangkan kapasitas regional di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) atau wilayah pertambangannya.

Direktur Utama Amman Mineral Nusa Tenggara Rachmat Makkasau mengatakan salah satu pengembangan yang dilakukan perseroan adalah mengembangkan potensi wisata di wilayah tersebut.

“Setelah berbagai kajian di bidang perikanan, pertanian, dan sebagainya, pariwisata ternyata menjadi hal yang paling beragam [untuk dikembangkan],” kata Rachmat saat berkunjung ke Kantor Perdagangan RI, Rabu (10/7/2024).

Setelah Rachmat melakukan kajian, diketahui bahwa kawasan di Sumbawa Barat memiliki pantai dengan pemandangan yang bagus. Namun sayangnya potensi wisata tersebut tidak didukung dengan keberadaan fasilitas bandara di kawasan tersebut.

Oleh karena itu, untuk membantu mempromosikan potensi wisata di Sumbawa Barat, Amano membangun bandara di dekat area pertambangannya di Sumbawa Barat.

“Jadi untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan di wilayah Sumbawa Barat dan yang kita bangun adalah bandara di sana,” ujarnya.

Selain itu, pembangunan bandara ini masih menemui beberapa kendala. Sebab, untuk membangun bandara umum di Indonesia, kata Rachmath, harus dipenuhi beberapa syarat, seperti faktor demografi, jumlah penduduk, dan lain-lain.

Namun di antara persyaratan yang harus dipenuhi, bandara yang dibangun di Amman belum bisa memenuhi persyaratan tersebut.

“Akhirnya kami putuskan untuk menjadikannya bandara khusus. Ini milik kami, bandara khusus,” kata Rachmat.

Meski demikian, Rachmat mengatakan pihaknya tidak akan berhenti sampai disitu saja untuk menjadikan bandara tersebut menjadi bandara umum Sumbawa Barat.

Salah satu cara yang dilakukan Amman adalah dengan meminta bantuan pemerintah daerah untuk mengajukan slot pengubahan bandara di Sumbar menjadi bandara umum.

Selain itu, dia berharap setelah bandara dibuka untuk umum, akan dibangun perumahan atau hotel sebagai langkah menarik investor lain.

Tapi kalau ada hotel, kalau dibangun satu atau dua di sana, barang ekonomi akan tumbuh, kata Rachmat.

Di sisi lain, saat ini Amano sedang membangun smelter tembaga di kawasan pertambangan Batu Hijou, Sumbawa Barat untuk mendukung pemerintah dalam menciptakan nilai tambah di dalam negeri. 

Proyek pengecoran telah mencapai tahap operasional. Rencananya konsentrat tembaga mulai masuk ke smelter untuk memproduksi katoda tembaga batch pertama pada paruh kedua tahun 2024.

Setelah beroperasi, total kapasitas input fasilitas smelter tembaga dan PMR Amana diperkirakan mencapai 900.000 kiloton per tahun (ktpa) dari tambang Batu Hijou dan proyek Elong.  

Produk dari pengolahan ini adalah katoda tembaga mencapai 222 ktpa dan asam sulfat mencapai 830 ktpa. Sedangkan fasilitas PMR menghasilkan 18 tpa emas batangan, 55 tpa perak batangan, dan 70 tpa selenium. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel