Bisnis.com, JAKARTA – Gagasan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6-7% untuk keluar dari middle income trap dan mencapai tujuan Indonesia Emas tahun 2045 menjadi salah satu topik pembahasan dalam pertemuan para tokoh ekonomi. . Mantan Menteri Koordinator Perekonomian.
Agenda berupa Dialog Ekonomi bertajuk “Peran dan Potensi Kelas Menengah Menuju Indonesia Emas 2045” digelar secara tertutup di gedung AA Maramis Jakarta.
Turut hadir Doradjatun Kuntjoro-Jakti (Menko Perekonomian 2001-2004), Aburizal Bakrie (Menko Perekonomian 2004-2005), Sri Mulyani Indrawati (Menko Perekonomian). periode Mei-Agustus 2008), Ketua Umum Tanjung (Menko Perekonomian Mei-Oktober 2014) dan Darmin Nasution (Menko Perekonomian 2015-2019).
Turut hadir Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, Wakil Menteri Perekonomian KKP/Bappenas Amalia Adinggar Widyasanti dan Presiden Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani.
Usai diskusi tertutup, Menteri Koordinator Perekonomian Aylangga Hartarto selaku tamu menjelaskan bahwa kelas menengah memiliki peran penting bagi Indonesia karena merupakan penggerak utama perekonomian negara. Menurutnya, saat ini pangsa kelas menengah mencapai 17,13% dari total penduduk Indonesia.
“Dan kelas menengah maju mendekati 50%.” Padahal, sebelum adanya Covid-19, angka ini sedikit lebih tinggi, karena dampak Covid-10 sering diberikan sebagai dampak yang menakutkan,” kata Airlangga, Selasa (28/8/2024).
Istilah “calon kelas menengah” sendiri mengacu pada sekelompok masyarakat yang berhasil naik kelas namun masih rentan terhadap kemiskinan.
Ia pun berharap situasi ini segera membaik. Karena itu, Airlangga menegaskan, perdebatan saat itu adalah mengenai karakteristik kelas menengah, khususnya pola konsumsi.
Pengeluaran terbesar bagi kelompok ini biasanya berasal dari sektor kebutuhan pangan, disusul sektor perumahan, kesehatan, pendidikan, hiburan, atau jasa.
“Perumahan menjadi prioritas, pengeluaran terbesar kedua setelah makan dan minum, sehingga sektor perumahan ini penting bagi masyarakat kelas menengah,” kata Airlangga.
Menurutnya, kelas menengah memiliki peran strategis dalam menopang perekonomian. Selain berkontribusi dalam kewirausahaan atau entrepreneurship, kelas menengah juga berperan dalam penciptaan lapangan kerja.
“Dan tentunya investasi itu penting, investasi yang positif, apalagi untuk mencapai Indonesia Emas 2045 pasti akan menciptakan perubahan sosial,” ujarnya.
Oleh karena itu, mantan Ketua Umum Partai Golkar ini berpendapat pemerintah ingin terus mendukung kelas menengah dan menekan jumlah aspirasi kelas menengah melalui berbagai upaya, termasuk berbagai insentif seperti program perlindungan sosial, keringanan pajak, keringanan pajak. kartu pra kerja, jaminan pengangguran, dan pinjaman usaha (KUR). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, jalan keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah?
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Republik Indonesia juga optimistis strategi pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6%-7% dapat mendukung program pemerintah untuk mencapai Indonesia Emas pada tahun 2045. sebuah target .
Wakil Kepala Bidang Perekonomian KKP/Bappenas Amalia Adinggar Widyasanti mengatakan target tersebut realistis sekaligus optimistis untuk mengangkat Indonesia keluar dari middle income trap.
“Tahun 2045 kita akan keluar dari middle income trap, kita harus bisa tumbuh rata-rata 6%-7% per tahun. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional [RPJPN] 2025-2045, seharusnya kita begitu. mampu mencapai 6% Salah satu syarat -7% adalah memperkuat rata-rata kelas,” ujarnya usai agenda Dialog Ekonomi (27/8/2024).
Ia mengatakan, kelas menengah saat ini berada di angka 17%. Kemudian secara bertahap akan meningkat di atas 20% pada akhir 5 tahun ke depan. Selain itu, ia memperkirakan kelas menengah bisa mencapai 80% pada tahun 2045.
“Kita akan kembali. Jadi diharapkan proporsi kelas menengah mencapai 80% pada tahun 2045,” kata Amalia.
Menurutnya, hal ini penting karena kelas menengah merupakan tulang punggung perekonomian. Ia mengatakan kelas menengah harus kuat agar perekonomian kuat.
Sementara itu, Amalia mengatakan dunia usaha penting dalam rangka reformasi struktural yang bisa dilakukan untuk mendukung kelas menengah.
Dengan bertujuan untuk menciptakan “pekerjaan kelas menengah”, atau lapangan kerja yang mendukung kelas menengah, pemerintah berharap dapat menciptakan peluang yang lebih baik bagi pekerja untuk berpindah dari sektor informal ke sektor formal.
“Ini penting agar mereka yang tadinya informal bisa lulus formal nanti. Kemudian pendapatannya juga bisa naik ke kelas menengah,” ujarnya.
Pandangan optimis terhadap pertumbuhan ekonomi yang terpaku pada angka 6%-7% ini menjalar ke beberapa kalangan, termasuk Menteri Koordinator Perekonomian periode 2004-2005, Aburizal Bakrie.
Menurut dia, seluruh insentif yang diberikan pemerintah mencakup seluruh masyarakat, termasuk kelas menengah. Meski demikian, ia juga sepakat bahwa pembangunan infrastruktur menjadi indikator penting bagi Indonesia untuk mengatasi jebakan pendapatan menengah.
“Infrastruktur [iya benar] tapi menurut Anda Pajak Pertambahan Nilai [PPN] tidak menyentuh kelas menengah, itu tidak benar karena PPN itu atas produksi semua barang, kalau PPN dihapuskan atau dikurangi, itu baik untuk masyarakat. kelas menengah. grup,” ujarnya. Kepada Bisnis, Selasa (27/8/2024)
Di sisi lain, Doradjatun Kuntjoro-Jakti yang pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekonomian periode 2001-2004 menilai pertumbuhan ekonomi sebesar 6-7% bergantung pada situasi internasional. Sayangnya, dia menolak berkomentar lebih jauh.
“Kalau saya, itu tergantung situasi dunia, jadi dengan perekonomian Indonesia yang terbuka, kita tidak bisa terus-terusan bicara Indonesia saja, tidak mungkin, tergantung situasi internasional,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (28/8). 8/2024).
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel