Bisnis.com, JAKARTA – Penggunaan antibiotik masih dinilai berbahaya di Indonesia. Penggunaan antibiotik yang berlebihan menyebabkan kematian seorang anak berusia lima tahun.

Felix Liauw yang berprofesi sebagai dokter anak menjadi korban resistensi antibiotik. Saat bayi lahir, ia mengalami muntah-muntah dan diare.

Saat hal itu terjadi, rekan seprofesinya menghajar dan menghajar Felix. Ada yang menyebut Felix kotor, dan ada juga yang menyebut Felix-lah yang membawa penyakit itu pada anaknya. Meski diberi ASI eksklusif, Felix bingung dengan asal muasal resistensi antibiotik pada bayi baru lahir.

“Saya terjatuh, walaupun bercanda, tapi itu sangat menyakitkan bagi saya karena tangan saya melukai bayi saya. Setelah berminggu-minggu pengobatan dengan antibiotik, akhirnya antibiotik ditingkatkan dari 1 menjadi 2. Total pengobatan hampir dua bulan. di RS dengan infus semua, akhirnya diketahui kurang baik, ”kata Felix.

Felix penuh tanda tanya, karena ASI tidak menyebabkan diare pada bayi. Biasanya, bakteri berkembang sebagai infeksi kuman di rumah sakit dan tempat perawatan jangka panjang.

Akhirnya dia berkonsultasi dengan seorang profesor yang dia kenal. Seminggu sebelum bayi Felix meninggal, diketahui bahwa bayi tersebut telah menerima banyak infus antibiotik, yang menyebabkan mutasi genetik.

Menurutnya, mutasi genetik menyebabkan ususnya tidak mampu mencerna ASI karena resistensi antibiotik.

Kematian bayi Felix Liauw merupakan titik terendah dalam hidupnya. Pasalnya, ia juga menghadapi kritik dari orang-orang di sekitarnya. Ia berharap tidak ada anak yang sembarangan diberikan antibiotik.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kematian akibat resistensi antibiotik bisa mencapai 10 juta pada tahun 2050.

Kematian akibat resistensi antibiotik sedang tren meningkat, akibat kesalahan penggunaan antibiotik. Selain itu, masih banyak masyarakat yang membeli dan menggunakan antibiotik berdasarkan obat-obatan lama.

Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan Indonesia Dante Saksono Harbuwono mengatakan bahwa peluncuran Strategi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba merupakan saat yang penting untuk belajar dari kesalahan masa lalu dan menjanjikan upaya untuk mencegah resistensi antimikroba (AMR). 

Strategi Nasional mempunyai tiga elemen utama, yaitu manajemen yang efektif, informasi strategis dan sistem evaluasi eksternal.  

“Strategi Nasional dibangun atas empat pilar penting, yaitu pencegahan penyakit menular, akses terhadap pelayanan kesehatan dasar, tepat waktu dan akurat, terjaminnya pengobatan yang bermutu dan tepat guna,” dikutip dari situs tersebut.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA