Bisnis.com, JAKARTA – Penerbit BBM PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) Semester I Tahun 2024 Pengurangan Pekerjaan dari Sektor Perdagangan dan Distribusi. Kondisi yang lebih baik diperkirakan terjadi pada paruh kedua tahun 2024 dengan adanya rencana. 

Ketua Umum AKRA Haryanto Adikoesoemo mengatakan, beberapa faktor perlambatan ekonomi menyebabkan penurunan pendapatan di sektor perdagangan dan distribusi karena normalisasi harga pasar umum dan kondisi cuaca yang mempengaruhi aktivitas pelanggan. 

“Perusahaan berharap situasi ini membaik pada semester II/2024,” kata manajemen dalam keterangan resmi tertanggal Jumat (25/7/2024). 

Haryanto mengatakan AKRA telah menerapkan beberapa strategi untuk memitigasi hal tersebut. AKRA menggunakan model penetapan harga hemat biaya dengan MOPS dimana AKRA meneruskan harga produk kepada pelanggan sehingga permasalahan biaya dan harga dapat dikelola.

Seperti diketahui, AKRA telah memperoleh total investasi sebesar Rp 18,65 triliun selama semester I/2024. Jumlah tersebut turun 6,06% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp 19,85 triliun. 

Jika dilihat dari sektornya, pendapatan dari sektor perdagangan dan distribusi tercatat sebesar Rp17,16 triliun, rincian bahan bakar Rp13,97 triliun, dan bahan kimia dasar Rp3,19 triliun. 

Saat ini jasa logistik telah mencatatkan kontribusi sebesar Rp501 miliar terhadap kiprah AKRA. Begitu pula dengan sektor industri pengolahan dan sektor industri yang masing-masing menyumbang Rp309 miliar dan Rp673 miliar. 

Haryanto menjelaskan, penjualan tanah dari kawasan usaha tercatat Rp509 miliar, sewa tanah Rp89 miliar, dan utilitas Rp75 miliar. 

Pendapatan dari utilitas meningkat menjadi Rp 75 miliar atau 92% yoy seiring meningkatnya aktivitas sewa JIIPE yang mendorong permintaan utilitas seperti listrik, air, dll. 

Saat ini pendapatan kawasan pelabuhan JIIPE tercatat sebesar Rp174 miliar, sedangkan pendapatan AKRA berkontribusi sebesar Rp31 miliar.

Saat ini AKRA telah melaporkan laba bersih sebesar Rp 1 triliun kepada pemilik induk usaha. Angka tersebut turun tipis dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,03 triliun. 

————-

Penafian: Buletin ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Penilaian nilai ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel