Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah tudingan menjadi penyebab kerugian PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), rata-rata penumpang harian KA Wash Express Jakarta-Bandung terus meningkat hingga Juli 2024.

Data Kantor BUMN menunjukkan, rata-rata penumpang harian kereta cepat Jakarta – Bandung Wash mulai meningkat sejak harga tiket Dynamic Pricing mulai diterapkan pada Februari 2024.  

Rata-rata penumpang harian Whoosh mencapai 15.188 penumpang pada Februari 2024. Jumlah ini kemudian turun menjadi 12.442 penumpang pada Maret. 

Meski mengalami penurunan pada periode tersebut, rata-rata penumpang Whoosh harian mengalami tren peningkatan pada periode April hingga Juli 2024. 

Rinciannya, rata-rata penumpang harian pada Maret mencapai 12.443 orang. Jumlah tersebut meningkat menjadi 13.664 penumpang pada bulan April, kemudian menjadi 16.760 penumpang pada bulan Mei, dan kemudian menjadi 17.882 penumpang pada bulan Juni dan mencapai 22.023 pada bulan Juli 2024. 

Tren penumpang Whoosh terus meningkat seiring dengan strategi penetapan harga yang dinamis dan peningkatan layanan sehingga total penumpang mencapai 3,9 juta, demikian data kantor BUMN yang dikutip Sabtu (13/7/2024). 

Pada awal masa pengoperasian Kereta Cepat Jakarta – Bandung pada 18 Oktober 2023, pemerintah menetapkan harga tiket promosi Rp 150.000 yang berlaku hingga November 2023. Harga tersebut kemudian diubah menjadi Rp 200.000 mulai Desember 2023. hingga Januari 2024. 

Dalam penetapan harga tersebut, Kantor BUMN mencatat rata-rata harian penumpang antara Oktober 2023 hingga Januari 2024 mengalami fluktuasi. 

“Mulai Februari 2024 berlaku harga tiket dinamis pricing. Meski pada Maret 2024 mengalami penurunan, namun sejak April 2024 menunjukkan tren kenaikan hingga Juli 202,” tulis Kantor BUMN. 

Sementara dalam perkembangan lain, proyek kereta cepat Jakarta – Bandung Wash dituding menjadi salah satu penyebab membengkaknya kerugian perusahaan konstruksi pelat merah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) pada tahun 2023.

Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito mengatakan ada dua unsur yang mempengaruhi keuangan perseroan, yakni beban bunga yang tinggi dan beban lain-lain yang membengkak akibat kerugian PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).

“Laporannya ada dua komponen, pertama beban bunga yang cukup tinggi, kedua beban lain-lain, dan dari situ mulai tahun 2022 kita mencatat kerugian PSBI atau kereta cepat yang setiap tahunnya juga cukup besar. .” Ucapnya saat sidang.

Sepanjang tahun lalu, WIKA mencatatkan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp 7,12 triliun. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan keadaan tahun 2022 yang mencapai Rp59,59 miliar. Sedangkan beban lain-lain meningkat 310,16% menjadi Rp5,4 triliun.

Memang paling besar karena dalam penyelesaian proyek kereta cepat Jakarta – Bandung kontribusinya saja Rp 6,1 triliun, jadi yang masih dipermasalahkan atau tidak dibayar sekitar Rp 5,5 triliun, jadi hampir Rp 5,5 triliun Rp 12 triliun, kata Agung.  

Sebagai informasi, operator proyek Whoosh adalah PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang merupakan perusahaan patungan antara konsorsium Indonesia yakni PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dengan kepemilikan saham 60% dan konsorsium Tiongkok.  

Kepemilikan PSBI meliputi perusahaan pelat merah yaitu PT Kereta Api Indonesia (KAI), Wijaya Karya, PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), dan PT Perkebunan Nusantara VIII. Sedangkan WIKA dikabarkan memiliki 38% saham PSBI.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel