Bisnis.com, JAKARTA – Herpes Zoster atau lebih dikenal dengan herpes zoster merupakan ruam nyeri akibat reaktivasi virus varicella zoster (VZV). Virus ini merupakan virus yang sama dengan virus penyebab cacar air.

Herpes zoster tidak dapat menular ke orang lain sampai timbul ruam, dan dapat menular setelah timbul ruam, meskipun tingkat penularannya tidak lebih tinggi dari cacar air. Orang yang menderita herpes zoster mungkin merasa sakit atau sakit atau tidak, tergantung pada kekebalan tubuh (ruam adalah tandanya).

Wabah terjadi ketika virus cacar air, yang disebut varicella, tumbuh kembali setelah “tidak aktif” di tubuh seseorang selama beberapa tahun atau dekade setelah orang tersebut sembuh. Pasalnya, virus sebenarnya tidak hilang setelah orang tersebut sembuh, melainkan bersembunyi di ujung saraf.

Umumnya penyakit herpes zoster disebabkan oleh 2 hal, yaitu melemahnya imunitas tubuh karena faktor usia (di atas 50 tahun) dan kondisi imunosupresi yaitu individu yang memiliki imunitas tubuh lemah akibat berbagai penyakit. Saat tanda pertama herpes zoster muncul, sebaiknya segera temui dokter dalam waktu 72 jam.

Perlu diingat bahwa pengobatan terhadap herpes zoster bersifat terbatas dan hanya memperbaiki gejala, bahkan hanya 14% pasien yang puas dengan pengobatannya. Gejala dan komplikasi herpes zoster

Gejala yang dialami penderita herpes zoster antara lain demam, kesemutan, nyeri dan/atau gatal pada area kulit, sakit kepala, dan sakit perut. Sedangkan bila muncul ruam, terasa seperti tersengat listrik, sensasi terbakar yang tak tertahankan dan menggigit kuku.

Berbeda dengan cacar air yang menimbulkan ruam di sekujur tubuh, herpes zoster menimbulkan ruam yang hanya menyerang area saraf tertentu. Namun lain halnya bila imunitas tubuh sangat rendah sehingga dapat menimbulkan serangan herpes zoster di tempat yang tidak biasa. Tak hanya itu, jika dihitung dalam skala, rasa nyeri akibat herpes zoster lebih besar dibandingkan nyeri yang dirasakan saat melahirkan.

Rasa sakit umumnya hilang dalam waktu sekitar 6 minggu. Namun 25-30% penderita herpes zoster merasakan nyeri hingga 6 bulan atau lebih. Bahkan ruamnya pun sangat sensitif – sangat nyeri jika menyentuh pakaian. Ini dikenal sebagai neuralgia pasca-herpetik (NPH).

Selain post herpetic neuralgia (NPH), ada juga yang disebut dengan Herpes Zoster Ophthalmic (HZO). HZO merupakan kondisi serius yang dapat menyebabkan pasien kehilangan penglihatannya, meski cukup jarang terjadi.

Meski tidak menyebabkan kematian, herpes zoster justru menyerang kualitas hidup seseorang hingga berujung pada kematian. Bentuk serangan tersebut antara lain gangguan terhadap 64% kemampuan tidur, 58% kemampuan menikmati hidup, 53% aktivitas umum, 46% mood, 29% kemampuan berjalan, 45% pekerjaan normal dan 31%. .% hubungan sosial. Kondisi yang dapat meningkatkan Herpes Zoster

1. Autoimun: risiko meningkat 1,2 – 2 kali2. Kanker: peningkatan risiko 2 kali lipat3. Riwayat keluarga terkena cacar air: risiko 2,4 kali lebih tinggi4. Wanita: risiko meningkat sebesar 19%5. Penyakit paru-paru kronis: peningkatan risiko sebesar 30%6. Penyakit kardiovaskular: peningkatan risiko sebesar 34%7. Diabetes: peningkatan risiko sebesar 40%8. Stres: peningkatan risiko sebesar 47% Cara terbaik untuk mencegahnya

Mengatur pola hidup sehat, berolahraga, mengonsumsi makanan bergizi, mendapatkan kualitas waktu tidur terbaik merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit herpes zoster.

Namun ada cara lain yang efektif untuk melakukannya, yaitu vaksinasi. Vaksinasi dapat diberikan kepada pasien untuk mencegah risiko reaktivasi virus varicella zoster. Secara umum, ada 4 vaksin yang diperlukan untuk orang dewasa, yaitu vaksin influenza, pneumokokus, herpes zoster, dan respiratori syncytial virus (RSV). Namun sayangnya RSV belum tersedia di Indonesia.

Selain itu, berbagai jenis terapi juga dapat dilakukan untuk mengatasi herpes zoster. Berbagai jenis terapi termasuk terapi antivirus, simtomatik, topikal, dan tambahan.

Namun, jika ruam memang terjadi, cegah penyebaran herpes zoster ke orang lain. Bentuk pencegahan yang dapat dilakukan antara lain menutup ruam, menghindari menyentuh atau menggaruk ruam, sering mencuci tangan, dan menghindari kontak dekat dengan kelompok tertentu – ibu hamil yang belum pernah menderita cacar air atau sudah mendapat vaksin cacar air, bayi prematur. atau yang terlahir dengan berat badan rendah dan memiliki daya tahan tubuh yang lemah akibat berbagai penyakit. (Kepada Kemal Yoga)

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel