Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong intensifikasi guna mencapai swasembada gula pada tahun 2028. 

Heru Tri Widarto, Plt Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, mengatakan swasembada gula dapat segera dicapai melalui intensifikasi mulai dari kualitas benih hingga pengelolaan lahan.

Selain itu, Heru mengungkapkan, pemerintah melalui Kementerian Pertanian juga akan meningkatkan produksi dari lahan yang ada

“Jadi dengan meningkatkan produksi yang ada di lahan-lahan yang ada, Insya Allah kita bisa swasembada gula konsumsi pada tahun 2028,” kata Heru saat ditemui di Jakarta, Senin (28/10/2024).

Heru menegaskan, saat ini belum ada perubahan lahan produksi gula menjadi konsumsi.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan Indonesia masih mengimpor gula. Pada periode Januari-September 2024, gula diimpor sebesar 2,145 juta dolar, dan tiga negara pengimpor pertama adalah Indonesia, Brazil, Thailand, dan Australia.

Berdasarkan laporan statistik resmi, nilai impor Indonesia mencapai 18,82 miliar dollar AS pada September 2024. Angka tersebut meningkat 8,55% dibandingkan September 2023.

Jika dirinci, impor migas turun menjadi $2,53 miliar atau 24,04% YoY (YoY). Sementara itu, impor di luar migas mencapai $16,30 miliar, naik 16,29% year-on-year.

Selanjutnya, di antara sepuluh besar kelompok komoditas nonmigas tahun 2024, mesin/peralatan dan suku cadang kelistrikan mengalami penurunan terbesar sebesar $342,1 (14,48 persen) dibandingkan bulan Agustus 2024. Sebaliknya, kelompok peralatan optik, fotografi, sinematografi, dan kesehatan mengalami peningkatan terbesar yaitu sebesar 33,5 juta dollar AS (9,21 persen).

Sementara itu, tiga negara pemasok impor nonmigas terbesar pada Januari-September 2024 adalah Tiongkok sebesar $51,38 miliar (35,65 persen), Jepang sebesar $10,53 miliar (7,31 persen) dan Australia sebesar $7,32 miliar (5,08 persen). Sedangkan impor migas dari ASEAN sebesar $25,67 miliar (17,81 persen), dan dari Uni Eropa sebesar $9,43 miliar (6,54 persen).

Data BRS menunjukkan total nilai impor barang bekas selama Januari-September 2024 meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kelompok bahan penolong mengalami kenaikan paling besar sebesar 4.726,5 juta dolar (3,94 persen), disusul kelompok barang modal sebesar 953,5 juta dolar (3,31 persen) dan kelompok barang konsumsi sebesar 667,9 juta dolar (4,26 persen).

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel