Bisnis.com, JAKARTA – Kemenangan kembali Presiden AS Trump menjadi salah satu tantangan geopolitik global, termasuk Indonesia, kata Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Fajarini Puntodevi, Direktur Biro Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan, mengatakan kebijakan luar negeri “America First” yang diusung Trump dapat mempengaruhi perdagangan ekspor Indonesia.
Pasalnya Trump telah meluncurkan kebijakan perdagangan yang mengenakan tarif 10%-20% terhadap seluruh barang yang masuk ke AS.
Duway menjelaskan, kebijakan tersebut merupakan langkah Paman Sam untuk melindungi perekonomian rumah tangga. Selain itu, Trump akan menaikkan tarif impor barang-barang Tiongkok hingga 100%, kata Devi.
“Kebijakan ini akan berdampak pada perdagangan dengan Amerika Serikat dan Tiongkok. Kedua negara ini merupakan mitra dagang utama Indonesia,” kata Davy dalam acara Gambir Trade Talk #17 dalam konferensi bertajuk Visi Perdagangan Luar Negeri Indonesia 2025.
Meskipun demikian, Indonesia melaporkan surplus perdagangan ekspor, sebuah tren yang berlanjut selama masa jabatan pertama Trump, kata Devi. Ia berharap kebijakan yang diusung Trump pada periode keduanya tidak menghambat laju kinerja ekspor Indonesia.
“Tentunya kami berharap kinerja ekspor kita tidak banyak berubah pada periode kedua Trump menjabat,” ujarnya.
Namun, Dewey memperkirakan kebijakan yang diterapkan Trump pada masa jabatan keduanya akan menaikkan harga.
“Karena harga sudah menjadi mahal, tidak hanya bagi Indonesia, tapi bagi semua orang. Hanya dengan menambah tarif lagi ke China, peluang ini bisa kita manfaatkan,” tutupnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kumulatif ekspor Indonesia pada Januari hingga Oktober 2024 naik menjadi US$217,24 miliar atau meningkat 1,33% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Seiring dengan total ekspor, ekspor nonmigas juga meningkat sebesar 1,48% menjadi $204,21 miliar.
Nilai ekspor sebagian besar komoditas nonmigas akan meningkat pada Oktober 2024, ungkap BPS. Sementara itu, logam mulia dan perhiasan turun sebesar $102 juta atau 14,46%.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel