Bisnis.com, JAKARTA – Satelit low-orbit (LEO) Starlink mampu menghadirkan layanan internet jauh melebihi kecepatan rata-rata 4G di Tanah Air. Hal ini merupakan ancaman terhadap pasar satelit Satria-1 milik Badan Telekomunikasi dan Akses Informasi (Bakti) yang dibangun dengan biaya sebesar 8 triliun rupiah.

Satria-1 dikenal sebagai satelit yang khusus menyediakan akses internet hingga wilayah tertinggal, perbatasan, dan terpencil (3T). Direncanakan satelit ini mampu memberikan layanan Internet ke 50.000 situs kepentingan umum dengan kecepatan 4 Mbps.

Satelit yang mengorbit di ketinggian lebih dari 36.000 kilometer ini dibangun oleh Satelit Nusantara 3 dan dirakit oleh Thales Alenia Space (TAS) di Prancis menggunakan platform SpaceBus NEO. Biaya investasi pembangunan SATRIA-1 mengalami peningkatan, semula dari USD 450 juta (sekitar Rs 6,6 triliun) menjadi USD 540 juta (sekitar Rs 8 triliun).

Sedangkan satelit Starlink yang masuk beroperasi pada ketinggian sekitar 550 kilometer – 2000 kilometer. Karena posisinya yang rendah, Starlink dapat menyediakan internet dengan latensi dan kecepatan yang jauh lebih baik dibandingkan Satria-1.

Ketua Indonesia Digital Empowering Community (Idiec) Tesar Sandikapura mengatakan dengan layanan berkecepatan lebih baik seperti Bakti dan satelit Geo lainnya, Starlink dapat merebut pasar Satria-1.

Ia mengatakan meski harga layanan saat ini tergolong tinggi, namun pelanggan Satria-1 dapat beralih ke Starlink jika diperlukan dan skemanya nyaman bagi pelanggan.

“Secara teknologi coverage dan harga masih rendah [Starlink],” kata Tesar kepada Bisnis, Selasa (14/05/2024).

Diketahui Starlink memiliki paket pribadi yang terbagi menjadi 3 layanan yaitu Residential, Roaming dan Shipping. Ada pula paket bisnis yang dibagi menjadi lokasi tetap, mobilitas darat, dan transportasi laut.

Paket residensial mulai Rp750.000 per bulan, paket Explore mulai Rp990.000 per bulan, dan paket Boat mulai Rp4,3 juta untuk 50GB.

Untuk paket bisnis harga paket Fixed Location Rp 1,1 juta/bulan untuk Prioritas 40 GB, lalu Prioritas-1 TB Rp 3 juta/bulan Prioritas-2 TB Rp 6,1 juta/bulan Prioritas-6 TB Rp 12,3 juta/ bulan.

Tesar mengatakan dengan harga dan layanan internet yang mencapai ratusan Mbps per titik, merupakan solusi yang layak untuk berbagai daerah, mulai dari pedesaan hingga perkotaan. Menurutnya, tingginya kecepatan Starlink disebabkan oleh teknologi dan banyaknya satelit yang mengorbit di atas bumi. Oleh karena itu, meskipun jumlah pengguna di masa mendatang meningkat, layanan yang diberikan diperkirakan akan tetap pada tingkat yang wajar.

“Tentunya jika menambah lebih banyak pengguna akan lebih lambat, tapi Starlink bukan hanya satu satelit,” kata Tesar.

FYI, per April 2024, SpaceX dilaporkan mengoperasikan sekitar 5.900 satelit. Pada akhir tahun 2024, diperkirakan terdapat sekitar 6.400 satelit dari total 12.000 satelit yang disahkan oleh badan antariksa AS.

Sebaliknya, Jan Yosef M. Edward, Kepala Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan kecepatan satelit Starlink akan menurun seiring bertambahnya jumlah pengguna.

“Starlink kini bisa berjalan di kecepatan 300 Mbps karena penggunanya masih sedikit, hanya satu orang yang melakukan tes kecepatan. “Kami tidak tahu kapan akan ada banyak pengguna,” kata Yang.

Mengutip laporan yang diberikan oleh tim Starlink, perusahaan mengklaim telah melayani lebih dari 2,6 juta pelanggan di seluruh dunia hingga Maret 2024. Meski penggunanya banyak, namun latensi yang dihadirkan justru membaik dan menurun.

Selama sebulan terakhir, latensi rata-ratanya turun dari 48,5 milidetik menjadi 33 milidetik selama jam sibuk di Amerika Serikat.

Tim juga melaporkan pengurangan “latensi jam sibuk terburuk” dari 150 milidetik menjadi kurang dari 65 milidetik di area cakupan tersebut. Di luar AS, median penundaan berkurang sebesar 25% dan yang terburuk sebesar 35%, menurut penelitian tersebut.

Latensi adalah waktu yang diperlukan untuk mentransfer data dari satu titik ke titik lainnya. Semakin rendah latensinya, semakin baik karena proses transfer data semakin cepat.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA