Bisnis.com, JAKARTA — Peran pemerintah sangat penting dalam mendukung pemanfaatan bioetanol sebagai energi alternatif di sektor transportasi.

Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengakui mayoritas emisi kendaraan di Indonesia disebabkan oleh kendaraan berusia tua. Dijelaskannya, dari sekitar 160 juta kendaraan, kendaraan roda empat atau lebih berjumlah sekitar 30 juta. Sisanya merupakan kendaraan roda dua dan sebagian besar berusia di atas 20 tahun sehingga menyumbang emisi besar.

“Kebijakan pemerintah penting untuk mendukung pertumbuhan ekosistem ini dengan menetapkan batasan usia penggunaan kendaraan,” ujarnya saat diskusi program Factory Hub di channel YouTube Bisniscom. Ini adalah pekerjaan rumah [pekerjaan rumah] yang besar di Indonesia.”  

Menurutnya, sudah saatnya pemerintah mulai memikirkan bagaimana mengembangkan regulasi yang lebih berkelanjutan, seperti pembatasan umur kendaraan. Pasalnya, jika diberlakukan batasan umur kendaraan, hal tersebut dapat meningkatkan permintaan industri otomotif dan industri pendukungnya.

Namun sebelum mengambil kebijakan tersebut, menurutnya hal pertama dan utama yang perlu diselesaikan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar masyarakat bisa cepat berkembang karena masyarakat memiliki daya beli khususnya generasi muda. Ia meyakini generasi inilah yang akan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi pada tahun 2045.

“Mulailah mendorong mereka agar bisa berbenah sejak awal, satu-satunya cara adalah dengan kebijakan yang mendukung perkembangan industri Indonesia,” ujarnya.

Ia berharap dengan kebijakan yang dikembangkan, pertumbuhan ekonomi ke depan dapat lebih merata dan wilayah selain Pulau Jawa dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Dengan cara ini tentunya perekonomian daerah dapat berkembang secara lebih sirkular sehingga seluruh piramida sosial yang ada dapat saling melengkapi dan lambat laun akan terjadi pertumbuhan dan lompatan kelas sosial atau upscaling.

Selain itu, kata dia, perubahan kebijakan juga harus dikembangkan agar sesuai dengan karakteristik daerah. Misalnya, menurutnya penggunaan kendaraan listrik alternatif di Jakarta adalah hal yang tepat karena kota tersebut memiliki tingkat polusi yang tinggi. Namun hal ini tidak bisa diterapkan di tempat yang jumlah kendaraannya sedikit dan tidak ada masalah polusi.

“Indonesia tidak punya alasan untuk miskin. Alam terlalu bagus, pertambangan terlalu bagus, generasi muda sudah bagus, kita hanya perlu mengembangkan pendidikan yang lebih baik, termasuk sumber energi kita. Tidak mau mengembangkan pembangunan.” energi alternatif namun ketergantungan terhadap komponen impor masih tinggi. Artinya komponen impor akan diproduksi di dalam negeri, pengembangan industri, dan penelitian dan pengembangan,” jelasnya.

Ia juga menyarankan agar pemerintah Indonesia bekerja sama dengan negara-negara yang berhasil mengembangkan energi alternatif bioetanol, seperti Brazil. Negara ini terbukti mampu bertahan dan berkembang berkat kebijakan tersebut.

“Brasil telah membuktikan mampu bertahan dan berkembang,” ujarnya. Tidak ada cerita kelaparan di Brazil karena menggunakan bioetanol. Penting adanya partisipasi para intelektual, kerjasama, dunia usaha dan akademisi.”

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel