Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) atau Bank KB terus berupaya menurunkan persentase kredit bermasalah (NPL) hingga kurang dari 10% pada akhir tahun 2024.

Berdasarkan tinjauan keuangan perseroan, rasio kredit bermasalah (NPL) Bank KB meningkat menjadi 9,92 persen pada Maret 2024, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,98 persen. Menariknya, pinjaman bersih sedikit menurun menjadi 4,93% dari 4,95%. 

Adi Pribadi, Head of Corporate Relations Bank KB, mengatakan sembari melakukan perbaikan mendasar dan kualitas aset, perseroan mengambil pendekatan konservatif, yakni membentuk cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sebagai antisipasi berakhirnya masa libur Covid-19. . 

“Di sisi lain, kami berupaya meningkatkan kualitas aset tetap melalui berbagai inisiatif antara lain penagihan intensif, penjualan trust, kontrak, penjualan melalui Asset Back Securities System (ABS) dan literatur terpilih,” ujarnya. dan diceritakan Bisnis, Kamis (6 Juni 2024).

Pada saat yang sama, terungkap juga bahwa budaya Loan at Risk (LaR) di industri terus berkembang. 

Setahun setelah KB Financial Group (KBFG) melalui KB Kookmin Bank menjadi pemegang saham pengendali, kepemilikan LAR meningkat menjadi 65 persen. Kemudian pangsa ini akan terus menurun pada tahun-tahun berikutnya, masing-masing 50% di akhir tahun 2022 dan sekitar 40% di akhir tahun 2023.

Penurunan ini berlanjut pada triwulan I tahun 2024, ketika pangsa LAR turun di bawah 35%, dan pada April 2024 pangsanya kembali membaik hingga turun di bawah 27%.

“Bank KB sendiri memiliki target untuk terus meningkatkan kualitas aset dan menjaga rasio LAR di kisaran 20% pada akhir tahun 2024,” tambah Adi. 

Seperti kita ketahui Bank KB merupakan salah satu bank dengan NPL 5 persen. Artinya mereka harus melakukan upaya ekstra untuk menjaga kualitas properti yang ada. 

Berdasarkan Statistik Perbankan OJK, data menunjukkan tingkat kredit bermasalah bank umum pada Maret 2024 sebesar 2,25% atau Rp 163,26 triliun. Sementara itu, batas atas rasio kredit bermasalah yang sehat adalah 5%.  

Piter Abdullah, CEO Segara Research Institute, mengatakan sejatinya jika ketentuan restrukturisasi sudah normal, seluruh bank berpotensi mengalami peningkatan kredit bermasalah. 

“Khusus bank yang saat ini NPL-nya tinggi, sekitar 5 persen,” ujarnya kepada Bisnis. 

Piter mengatakan, penurunan NPL memerlukan waktu. Oleh karena itu, perbankan harus meningkatkan penyaluran kredit yang berkualitas. Sayangnya, situasi perekonomian saat ini belum sepenuhnya mendukung. 

Senada, Direktur Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin mengatakan penting bagi perbankan untuk mampu menjaga kredit bermasalah di bawah 5 persen sesuai regulasi. Jika tidak, kesehatan bank-bank yang ada akan memburuk. 

Sementara itu, Amin mengatakan, banyak strategi yang bisa dilakukan perbankan antara lain dengan menjual properti yang bermasalah untuk meningkatkan kualitas kredit. Pasalnya, portofolio kredit yang baik juga menurunkan tingkat NPL yang ada.  

Ia mengatakan upaya tersebut harus mencakup peningkatan kapasitas staf, perbaikan proses bisnis, khususnya di sektor kredit/keuangan; dan perbaikan sistem seperti prosedur operasi standar, infrastruktur dan manajemen risiko. 

“Pengamatan saya di tahun 2024, mereka (bank yang menyimpan kredit macet lebih dari 5 persen) akan berusaha menekan kerugian, dan itu akan membaik,” ujarnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel