Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Senior Ryan Kirianta menyambut baik keputusan Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga dasar atau BI rate sebesar 25 basis poin (base) menjadi 6 persen.
Ryan menilai keputusan ini umumnya berani, taktis, dan proaktif, karena tampaknya menjadi bukti bahwa BI tidak sekadar mengikuti Federal Reserve Bank Amerika Serikat (AS), The Fed.
Keputusan ini dikatakan berani dan taktis karena diambil menjelang keputusan The Fed untuk memangkas atau mempertahankan suku bunga The Fed pada pertemuan 20-21 September mendatang, ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu. 18.09.2024).
Kendati demikian, dia menilai keputusan penurunan BI rate sudah tepat waktu. Ia berharap suku bunga perbankan juga akan menyesuaikan seiring pemulihan dan perbaikan perekonomian.
Ia mengingatkan, akhir-akhir ini perekonomian sedang sangat lesu. Ryan mencontohkan terjadi deflasi selama empat bulan terakhir hingga PMI manufaktur turun di bawah 50 selama dua bulan terakhir.
“Mari kita berharap RDG BI jamu manis ini benar-benar dapat tepat sasaran untuk menurunkan suku bunga bank dan non bank serta meningkatkan permintaan kredit atau pinjaman,” jelasnya.
Fakultas Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) juga menyarankan bahwa BI kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga dasar sebanyak 25 basis poin sebelum akhir tahun ini, ketika ekspektasi inflasi akan mencapai target 2,5 ± 1 persen.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Vargio mengumumkan penurunan suku bunga acuan sesaat setelah pihaknya menggelar RDG pada 17-18 September 2028.
“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17-18 September 2024 memutuskan untuk menurunkan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen,” kata Perry dalam konferensi pers hasil RDG BI, Rabu (18/9/2024). ).
Sementara itu, dalam pengumuman suku bunga BI hari ini, bank sentral juga menurunkan suku bunga deposito menjadi 5,25 persen dan suku bunga pinjaman sebesar 25 basis poin menjadi 6,75 persen.
Perry mengatakan keputusan tersebut sejalan dengan perkiraan inflasi yang rendah pada tahun 2024 dan 2025, yang berarti menjaga target 2,5 ± 1 persen tetap terkendali, dan membantu menstabilkan nilai tukar rupee.
BI juga terus mencermati kemungkinan penurunan suku bunga dasar sejalan dengan perkiraan inflasi yang akan tetap rendah, rupee yang akan tetap stabil dan berpeluang menguat, serta pertumbuhan ekonomi yang akan terus berlanjut.
Keputusan Bank Indonesia tersebut merupakan penurunan suku bunga pertama sejak Februari 2021.
Secara historis, BI rate tetap sebesar 3,5 persen pada Februari 2021 hingga Juli 2022. Kenaikan dimulai pada Agustus 2022 hingga Agustus 2024 dan bertahan pada 6,25 persen.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel