Bisnis.com, JAKARTA – Singapura kini dilanda kasus baru Covid-19 varian KP.1 dan KP.2 yang meningkat dua kali lipat.

Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mencatat peningkatan kasus Covid-19 KP.1 dan KP.2 selama periode 5-11 Mei 2024 mencapai 25.900 kasus atau meningkat dua kali lipat.

Jumlah kasus tersebut meningkat dibandingkan minggu sebelumnya yang tercatat sekitar 13.700 kasus.

Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kong mengatakan kasus ini merupakan gelombang pertama dari peningkatan mendadak kasus Covid-19 varian KP.1 dan KP.2.

“Kita berada di awal gelombang dimana penyakit ini terus meningkat. Gelombang ini [Covid-19] akan mencapai puncaknya dalam dua hingga empat minggu ke depan, yaitu pertengahan hingga akhir Juni [2024],” kata Ong, Selasa ( 21/5/2024). Lalu apa saja versi baru Covid-19, KP.1 dan KP.2?

Dikutip dari Channel News Asia, KP.1 dan KP.2 merupakan varian baru Covid-19 yang dikenal dengan FLiRT.

Strain pada FLiRT merupakan keturunan dari varian JN.1 yang merupakan cabang dari varian Omicron Covid-19. Varian JN.1 diketahui telah menyebar ke seluruh negeri dalam beberapa bulan terakhir, termasuk gelombang Covid-19 yang muncul di Singapura pada Desember lalu.

Strain KP.2 diperkirakan menyebar lebih cepat dibandingkan KP.1.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan KP.2 sebagai varian dalam pengawasan pada Mei 2024. Hal ini menjadi sinyal bagi lembaga kesehatan masyarakat untuk terus memberikan prioritas perhatian dan pemantauan terhadap varian Covid-19.

Pada awal Januari 2024, varian KP.2 pertama kali terlihat di India.

Pada pertengahan Mei, virus ini menyumbang sekitar 28% dari total infeksi di Amerika Serikat. Jumlah tersebut naik dari hanya 6% pada pertengahan April dan 1% pada pertengahan Maret, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

KP.2 juga telah menyebar ke Tiongkok, Thailand, Australia, Selandia Baru, dan Inggris.

Pada 16 Mei 2024, CDC AS menegaskan bahwa meskipun KP.2 merupakan varian utama Covid-19, namun tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan varian Covid-19 lainnya.

Pada 18 Mei 2024, Kementerian Kesehatan Singapura menyatakan saat ini belum ada indikasi KP.1 dan KP.2 mudah menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah. Analisis ahli

Ahli virologi Universitas Columbia Dr. David Hu mengatakan ada perbedaan protein pada lonjakan KP.2 yang dapat lolos dari pertahanan sistem kekebalan dan sedikit lebih mudah menular dibandingkan JN.1.

Spesialis penyakit menular Dr Leong Hoe Nam di Klinik Rupi Singapura mengatakan varian KP.2 dapat menular kepada orang yang menerima vaksin terakhir karena suntikannya menargetkan XBB.1.5, varian yang berbeda dengan JN.1.

Menurut CNA, Dr. “Tentu saja mereka dapat menghindari kekebalan yang diberikan oleh vaksinasi sebelumnya atau infeksi JN.1 sebelumnya,” kata Leung Ho Nam.

Dr Leung menegaskan, tidak ada indikasi varian Covid-19 KP.1 dan KP.2 menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Dikutip dari Infectious Diseases Society of America, Profesor Paul Tambia mengatakan penyakit yang disebabkan oleh KP.1 dan KP.2 tidak separah JN.1.

Prof. Tambia mengatakan varian KP.1 dan KP.2 menyebar lebih cepat, dan perilaku virus mengikuti perilaku semua virus, sehingga berevolusi menjadi lebih menular dan tidak mematikan.

“Bahkan virus flu mematikan tahun 1918, yang menewaskan satu dari 50 orang di seluruh dunia, berevolusi menjadi jenis flu musiman yang dominan pada tahun 1920 hingga 1957,” kata Prof Tambia, seperti dikutip CNA.

Meskipun gejalanya dapat muncul dengan cepat, tanda-tanda bahwa seseorang telah terpapar virus selama lima hari atau lebih mungkin sama untuk virus JN.1 dan Omicron, kata Profesor Andy Pekos dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg.

“Kalau gejalanya, kami tidak melihat ada yang baru atau berbeda dengan versi ini,” ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa penyakit yang lebih ringan bukan disebabkan oleh ringannya virus, namun karena sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat. Gejala versi KP.1 dan KP.2

Gejala yang dialami infeksi virus KP.1 dan KP.2 adalah demam, sakit tenggorokan, pilek, dan kelelahan. Sejauh ini, hanya sedikit orang yang kehilangan indera perasa dan penciuman dibandingkan pada awal epidemi.

Kemudian gejala lainnya adalah gejala gastrointestinal seperti diare, mual dan muntah yang terkadang disalahartikan sebagai gejala norovirus.

Dr Leung mengatakan akan ada sedikit peningkatan pada varian virus Covid-19 KP.1 dan KP.2 di Singapura. Ia menambahkan, peningkatan varian ini kecil dibandingkan varian JN.1 karena infeksi sebelumnya disebabkan oleh JN.1 akan memberikan perlindungan pada varian KP 1 dan KP.2.

Dr Shaun Vaso, direktur klinis Pusat Penyakit Menular Nasional di Singapura, mengatakan tindakan kebersihan pribadi dapat mengurangi tingginya peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.

Menurutnya, tidak ada peningkatan kekhawatiran terhadap strain baru ini dibandingkan Omicron versi sebelumnya.

Dr Fikadu Tafesse, ahli virologi di Oregon Health and Science University, mengatakan bahaya infeksi berulang dapat meningkatkan risiko jangka panjang terkena Covid-19.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel