Bisnis.com, Jakarta – PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI telah mengajukan usulan Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun anggaran 2025 senilai Rp 1,8 triliun untuk menggantikan kereta KRL lama.

Usulan dana penyertaan modal negara ke KAI tersebut rencananya akan digunakan untuk akuisisi rangkaian kereta KRL Jabodetabek yang dioperasikan oleh anak perusahaan KAI, PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter.

Chief Executive KAI Commuter Asd Altriviyanto menjelaskan kebutuhan pengadaan fasilitas KRL harus didasarkan pada umur fasilitas kereta api yang ada. Dia menjelaskan, seluruh fasilitas KRL yang dimiliki KAI Commuter saat ini rata-rata berusia 25 hingga 30 tahun.

Sebab, pengadaan KRL dalam beberapa tahun terakhir melalui impor barang selain baru atau bekas.

“Kalau kita impor [kereta api], rata-rata umurnya sekitar 25 sampai 30 tahun. Karena produknya bukan barang baru” (7 September 2024).

Sementara itu, Asd mengatakan, jumlah penumpang KRL Jabodetabek terus menunjukkan tren peningkatan meski pascapandemi COVID-19. Asd mengatakan, pertumbuhan penumpang KRL pada tahun 2024 hingga 2027 diperkirakan meningkat sekitar 6% setiap tahunnya.

Asd mengatakan, jumlah penumpang KRL Jabodetabek pada tahun 2023 diperkirakan mencapai 290 juta orang, dan meningkat menjadi 345 juta orang pada tahun 2024. Jumlah ini akan terus meningkat hingga mencapai kurang lebih 410 juta jiwa pada tahun 2027.

Asd mengatakan, berdasarkan proyeksi perseroan, tingkat okupansi KRL Jabodetabek bisa mencapai 242% pada puncaknya pada tahun 2027 jika perundingan tidak menyertakan penyediaan fasilitas KRL baru. Mengakuisisi fasilitas KRL.

“Fasilitas KRL perlu disediakan untuk mencegah terjadinya kepadatan di seluruh stasiun dan kereta api,” jelas Asud.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel