Bisnis.com, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengumumkan keadaan dunia usaha sedang menghadapi tekanan eksternal yang kuat sehingga menyebabkan Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur Indonesia naik ke angka 49 pada Juli 2024. 3 tenggelam.
Menurut Wakil Ketua Kadin Yukki Nugrahawan Hanafi, situasi tersebut seringkali dipengaruhi oleh tingkat tantangan geopolitik eksternal dan periode suku bunga yang tinggi menjadi faktor penyebab lemahnya permintaan.
“Kami melihat level PMI manufaktur saat ini lebih disebabkan oleh guncangan eksternal dibandingkan fundamental perekonomian negara,” kata Yukki kepada Bisnis, Penugasan Hari Ini (8/1/2024).
Hal ini disebabkan pandangan Kadin bahwa stabilitas dan menjaga inflasi merupakan prasyarat dasar perekonomian Indonesia. Namun bagi pelaku bisnis, suku bunga masih tinggi dan nilai tukar masih berfluktuasi.
Di sisi lain, Yukki juga menyampaikan bahwa Indeks Keyakinan Industri (IKI) masih berada pada kisaran umum dan diharapkan terjadi perbaikan serta stabilitas dunia usaha dalam enam bulan ke depan.
“Kami melihat kekurangan produksi pada bulan Juli juga disebabkan oleh kekurangan serupa di Tiongkok, yang mengalami penurunan tiga bulan lalu,” ujarnya.
Situasi ini menyebabkan permintaan domestik Tiongkok melemah dan perekonomian Tiongkok pun ikut terpuruk. Hal ini menjadi tantangan bagi pabrikan Indonesia, mengingat Tiongkok merupakan mitra dagang utama Indonesia, khususnya bagi pabrikan asing.
Di sisi lain, ekspansi geopolitik di Timur Tengah mengganggu penggunaan barang dan rantai pasok dunia sehingga berdampak pada peningkatan harga dan harga komoditas.
Untuk itu, Kadin meminta dukungan dan dorongan pemerintah dari sisi keuangan, kemudahan berusaha, dan rantai pasok untuk merevitalisasi negara manufaktur agar perekonomian negara dapat terdukung kembali.
“Di dalam negeri, kita melihat pembiayaan pemerintah terhadap perusahaan yang melakukan penjualan ke luar negeri masih terdampak oleh suku bunga BI yang cukup tinggi sehingga membuat utang menjadi lebih mahal,” ujarnya.
Selain itu, tantangan terhadap produktivitas tenaga kerja Indonesia tidak bisa diabaikan dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara, hal ini menjadi salah satu kendala yang menghambat laju produksi industri.
Meski demikian, dunia usaha dinilai tetap optimistis terhadap proses transisi kepemimpinan pada Oktober mendatang dan kerja sama antara pemerintahan saat ini dengan pemerintah di masa depan.
Untuk berita dan artikel lainnya, kunjungi Google Berita dan WA Channel