Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) diminta mengatasi sejumlah kendala investasi di Tanah Air tanpa terburu-buru mendirikan kantor keluarga.
Saeed Abdullah, Ketua Badan Anggaran DPR RI, mengatakan hingga saat ini hambatan investasi di Tanah Air sebagian besar masih didorong oleh dua faktor, yakni regulasi dan birokrasi. Bahkan, pemerintah berupaya menggairahkan investasi melalui reformasi struktural dengan UU Cipta Kerja.
“Persoalannya sekali lagi soal birokrasi dan regulasi. “Jadi Family Office sangat perlu mencermati kedua komponen yang menghambat investasi kita ini,” ujarnya dalam rapat di Kompleks Parlemen, Kamis (4/7/2024) lalu.
Jika pemerintah bisa menyelesaikan permasalahan regulasi dan birokrasi tersebut, kata Said, investasi akan cepat mengalir ke Indonesia.
“Kalau dua hal itu bisa diatasi pemerintah, Insya Allah investasi akan lancar.
Diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan Menteri Perekonomian, Kelautan, dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Panjaitan membentuk tim khusus untuk melaksanakan rencana pendirian kantor keluarga.
Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, Luhut mengatakan pendirian kantor keluarga merupakan upaya menarik kekayaan negara lain untuk mendukung pertumbuhan ekonomi negara.
Tidak hanya meningkatkan aliran modal dalam negeri, kantor keluarga juga memberikan potensi peningkatan produk domestik bruto (PDB), investasi, dan peluang kerja dari konsumsi lokal.
Luhut mengatakan, saat ini hanya sedikit negara di dunia yang menerima aset tersebut. Dua di antaranya berasal dari Asia, yakni Singapura dengan 1.500 kantor keluarga dan Hong Kong dengan 1.400 kantor keluarga.
Namun, membaiknya kondisi geopolitik di Hong Kong dan perubahan peraturan investasi di Singapura meningkatkan risiko dan ketidakpastian bagi investor.
“Hal ini akan memungkinkan Indonesia memanfaatkan peluang menjadi alternatif dengan mendirikan Wealth Management Center [WMC] karena kondisi pertumbuhan ekonomi kita sangat kuat. Situasi politik juga stabil, orientasi geopolitik kita netral, ujarnya.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA