Bisnis.com, Jakarta – Presiden Joko Widodo menanggapi laporan Bank Dunia yang menyebut harga beras Indonesia tergolong tinggi di antara negara-negara ASEAN. Harga yang tinggi disebut tidak sebanding dengan kesejahteraan petani.​

Jokowi menjelaskan, harga beras yang diimpor dengan rezim “free on board” atau “FOB” ini sudah berkisar antara US$530 hingga US$600, yakni sekitar Rp 8 juta dengan kurs BI Rp 15.171. .​

Ini tidak termasuk biaya logistik seperti biaya pengiriman dan pengiriman $40. Biaya ini setara dengan lebih dari 600.000 rupiah per ton beras.​

“Mari kita lihat harga berasnya yang FOB. Kira-kira USD 530-600. Kalau ditambah ongkos kirim sekitar USD 40. Coba hitung berapa harganya,” kata Jokowi, Kamis di Parcel, Kalimantan Timur 2024).​

Kepala Negara juga meminta adanya perbandingan harga beras di tingkat konsumen. Dia melanjutkan, tingginya harga beras harus diimbangi dengan tingginya harga gabah di kalangan petani.

“Harga beras yang bagus berarti harga gabah yang bagus. Harga gabah yang bagus berarti kalau tidak ada distorsi di sawah, seharusnya harga jual petani juga bagus. dulunya Rs 4.200 dan sekarang menjadi Rs 6.000.

Pada saat yang sama, Bank Dunia dalam laporannya menyoroti bahwa harga beras di Indonesia relatif tinggi dibandingkan beberapa negara Asia Tenggara dan ASEAN.

Carolyn Turk, direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, mengatakan masyarakat Indonesia harus membayar sendiri 20% lebih banyak dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.

“Kami memperkirakan konsumen Indonesia membayar hingga 20% lebih banyak untuk pangan,” jelas Caroline pada Indonesia International Rice Conference (IIRC) 2024, Kamis (19 September 2024).

Caroline mengatakan tingginya harga beras di Indonesia sebagian disebabkan oleh keputusan pemerintah untuk membatasi impor dan menaikkan harga jual beras, sehingga pertanian menjadi kurang kompetitif.

Oleh karena itu, Ibu Caroline menekankan bahwa harga eceran beras Indonesia di tingkat internasional selalu lebih tinggi dibandingkan harga eceran di negara-negara besar ASEAN.

Tingginya harga beras yang harus dibayar konsumen berbanding terbalik dengan kondisi petani kecil yang jauh dari kata sejahtera.

Mengutip data survei Badan Pusat Statistik (BPS), Caroline mengatakan pendapatan tahunan petani skala kecil di Indonesia hanya US$341 atau sekitar Rp5,18 juta (dengan asumsi kurs Rp15.216).

Sedangkan hingga penutupan Kamis (19 September 2024), rata-rata pendapatan harian petani kecil di Indonesia hanya US$1 atau sekitar Rp15.216.

Caroline menambahkan, hasil survei menunjukkan pendapatan petani padi jauh lebih rendah dibandingkan pendapatan petani perkebunan dan hortikultura.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel