Bisnis.com, Jakarta – Menteri Keuangan (MENQ) Bapak Mulyani Indrawati bersama Menteri Agama (MENAG) Yakut Cholil Kumas mengembangkan program penghasil devisa melalui wisata haji dan umrah. 

Faktanya, jumlah masyarakat Indonesia yang berangkat haji setiap tahunnya sekitar 241.000 orang, sedangkan umrah mencapai 1,5 juta orang, kata Menag Yakut. 

“Katakan saja 2 juta [orang pergi ke Tanah Suci], kalau semua orang belanja Rp 10 juta [di Arab Saudi], itu dihitung Rp 200 triliun setahun, potensinya sangat besar,” ujarnya dalam sebuah konferensi. Jumat (17 Mei 2024) di kantor Menteri Keuangan. 

Jika sebagian biayanya bisa dikembalikan ke Indonesia, jelas Yakut, potensinya sangat besar. 

Pertemuan kedua menteri masih dalam tahap perencanaan karena perlu adanya penyesuaian kondisi antara Arab Saudi dan Indonesia agar Indonesia bisa mendapatkan keuntungan ekonomi dari banyaknya gabungan tersebut. 

“Sulit bagi mereka [pengusaha Saudi] untuk [mengadopsi] aturan masuk investasi [Indonesia], [aturan investasi mereka] harus perusahaan Arab, pemiliknya harus orang Arab, misalnya kita harus mengadopsinya,” dia menjelaskan. 

Ia mengatakan, Pak Mulyani telah menemukan banyak solusi pengembalian mata uang asing, namun Yakut belum bisa membagikannya kepada publik. 

“Saya belum berani mengatakannya, karena harus kita cek dulu, tapi ada beberapa solusi yang akan kita uji di lapangan,” lanjutnya. 

Menurut PMK no. 73/2023 Mata uang asing merupakan aset dan kewajiban keuangan yang digunakan dalam transaksi internasional. 

Mata uang asing inilah yang kemudian menjadi “tabungan” yang salah satunya untuk melunasi utang luar negeri pemerintah dan menjaga stabilitas nilai tukar rupee. 

Sementara itu, kini ribuan jamaah haji asal Indonesia sudah mulai berangkat ke Madinah untuk menunaikan ibadah haji. 

Keberangkatan haji gelombang pertama akan berlangsung pada 11-23 Mei 2024. Keberangkatan haji gelombang kedua 2024 akan berlangsung pada 24 Mei hingga 10 Juni 2024.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel