Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya pada rapat Dewan Pengurus (Gubernur) yang berakhir hari ini Kamis (20/6/2024).

Berdasarkan konsensus ekonom Bloomberg, 31 dari 33 ekonom meyakini BI akan mempertahankan BI rate meski rupiah dalam sebulan terakhir telah mencapai level terlemah di atas Rp 16.400 per dolar AS. 

Sementara itu, dua ekonom lainnya memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25bp menjadi 6,5% di GDR hari ini. Mereka adalah Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian dan Ekonom Senior Nomura Singapura Euben Paracuelles. 

Kepala Ekonom di PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David E. Sumual, salah satu ekonom yang meramalkan BI rate tetap mengatakan, menaikkan BI rate sebenarnya merupakan cara untuk melakukan intervensi terhadap rupee. 

Meski demikian, David mengatakan, kondisi rupee yang saat ini menunjukkan pelemahan sebenarnya berada pada posisi stabil atau seimbang.  

“Kalau perhitungan fundamental, paritas rupiah saat ini berada di atas Rp16.000, meski hal ini jelas sangat bergantung pada perkembangan eksternal dan internal,” ujarnya kepada Bisnis, seperti dikutip Kamis (20/06/2024).

David menilai BI rate baru akan menjadi jalan keluar jika tekanan terhadap rupee masih relatif kuat ke depan. Hal ini tergantung pada jumlah intervensi yang diperlukan untuk menjaga likuiditas mata uang. 

Senada, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede juga menilai Gubernur BI Perry Warjiyo akan mengambil keputusan mempertahankan suku bunga acuan. 

Josua menilai pelemahan rupiah yang terjadi saat ini kemungkinan hanya bersifat sementara, mengingat pelemahan rupiah dan mata uang global lainnya dipengaruhi oleh faktor sentimental dan tidak mencerminkan faktor fundamental perekonomian Indonesia.

Oleh karena itu, BI diperkirakan akan kembali mempertahankan BI rate di angka 6,25% setelah terakhir kali BI menaikkan suku bunga acuan BI di GDR pada bulan April lalu, jelasnya.

Saat itu, rupiah mencapai Rp 16.200 setelah Ramadhan dan Idul Fitri. Yang mengejutkan, BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan pada April 2024 sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% yang sempat ditahan pada level tersebut pada Mei 2024.

Pada perdagangan kemarin, rupiah ditutup menguat di Rp16.365 per dolar AS. ini dolar, 0,29% lebih banyak atau 47 poin. Pada saat yang sama, AS melakukan hal ini. Indeks dolar terlihat melemah 0,01% ke 104,862.

Senada, Kepala Ekonom PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Banjaran Surya Indrastomo menjelaskan, hal itu mempertimbangkan tekanan nilai tukar rupee terhadap dolar AS.

“Proyeksi BI rate tetap sama, tidak ada kenaikan. Rupee minggu lalu sempat tertekan setelah FOMC, tapi secara bertahap berhasil melewati tekanan tersebut,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (19/6/2024).

Banjaran mengatakan, secara keseluruhan pergerakan pasar keuangan dalam negeri pada hari Rabu (19/6) ini cukup baik, baik nilai tukar Rupee maupun IHSG cenderung bergerak menguat. 

Sementara itu, Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mendorong BI tetap mempertahankan suku bunga acuan BI rate mengingat inflasi terkendali meski rupee terdepresiasi. 

“Kami melihat BI perlu mempertahankan suku bunga kebijakannya di angka 6,25%,” ujarnya, Kamis (20/06/2024). 

Riefki melihat pasca perayaan Idul Fitri, inflasi umum di Indonesia turun menjadi 2,84% (y/y) pada Mei 2024 dari 3% pada bulan sebelumnya. 

Penurunan inflasi secara keseluruhan disebabkan oleh berkurangnya permintaan konsumen pasca Idul Fitri dan stabilnya harga pangan akibat musim panen. 

Sementara itu, rupee terdepresiasi sebesar 2,79% (m-o-m/mt) antara pertengahan Mei dan pertengahan Juni, mencapai level terendah sejak April 2020, terutama karena penguatan AS. 

Namun peningkatan cadangan devisa pada Mei 2024 memberikan buffer terhadap tekanan nilai tukar. Strategi intervensi tiga cabang BI diharapkan dapat membantu mengelola volatilitas rupee. 

 

Berikut perkiraan para ekonom yang dihimpun Bloomberg, per Selasa (18/6/2024).

 Sumber: Bloomberg, diolah

*Ulasan yang direvisi 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel