Bisnis.com, Jakarta – Kandidat wakil presiden Amerika Serikat dari Partai Republik JD Vance mengatakan China adalah ancaman terbesar bagi Amerika Serikat dalam wawancara pertamanya sejak ia dicalonkan dalam pemilihan wakil presiden Amerika Serikat Donald Truf.

Komentar tersebut mengindikasikan kemungkinan sikap agresif pemerintahannya terhadap China jika terpilih pada pemilu presiden November 2024.

Melansir Bloomberg, Selasa (16/7/2024), pernyataan senator Ohio itu disampaikan dalam wawancara dengan Sean Hannity di Fox News, Senin.

Vance, 39, dipilih oleh Trump hanya beberapa hari setelah upaya pembunuhan mantan presiden tersebut.

Ketika ditanya mengenai perang di Ukraina, Vance mengatakan bahwa Trump akan bernegosiasi dengan Moskow dan Kiev untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan cepat sehingga Amerika Serikat dapat fokus pada masalah sebenarnya, Tiongkok.

“Ini adalah ancaman terbesar bagi negara kami, dan kami sangat terganggu,” kata Bloomberg.

Presiden Joe Biden dan lawannya Trump akan menunjukkan persaingan kuat mereka dengan Tiongkok dalam pemilihan presiden AS pada bulan November. Trump telah berjanji untuk menaikkan tarif impor Tiongkok secara menyeluruh dan telah mengenakan tarif sebesar 60% pada semua barang yang diimpor dari Tiongkok.

Sementara itu, Biden mengumumkan tarif baru atas impor kendaraan listrik dari negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.

Bloomberg sebelumnya melaporkan bahwa badan-badan intelijen AS percaya bahwa Tiongkok bukanlah pilihan yang jelas di antara kedua kandidat tersebut.

Vance telah mengkritik Tiongkok sebelumnya. Mantan kapitalis yang menjadi Senator ini sebelumnya telah menyerukan tarif besar-besaran terhadap barang-barang Tiongkok.

Vance juga menganjurkan agar perusahaan-perusahaan Amerika memulangkan pabrik-pabriknya untuk mengurangi ketergantungan mereka pada Beijing.

Dalam konferensi pers yang diadakan di Beijing pada hari Selasa, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lin Jian menanggapi pernyataan Vance dengan mengatakan bahwa negaranya menentang pemilu AS dengan menjadikan Tiongkok sebagai isu.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel