Bisnis.com, JAKARTA – PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) di bawah dukungan PT Astra International Tbk. (ASII) kini menyusun strategi ketika pendapatan perseroan turun pada semester I/2024.
Terkait laporan keuangan ASII, pendapatan Isuzu tercatat sebesar Rp 176 miliar pada enam bulan pertama tahun 2024 atau menyumbang 0,11% terhadap total pendapatan ASII.
Pendapatan Isuzu turun 32,82% year-on-year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yang berjumlah Rp 262 miliar.
Hilangnya pendapatan Isuzu tak lepas dari masih lesunya penjualan mobil.
Berdasarkan data Gaikindo, penjualan ritel Isuzu sepanjang semester I/2024 mencapai 13.945 unit, turun 10,1% dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 15.508 unit.
Sementara penjualan eceran Isuzu pada Juni 2024 meningkat menjadi 2.523 unit, turun dibandingkan Juni 2023 yang mencapai 2.931 unit.
Ketua Bidang Bisnis dan Ekonomi IAMI Attias Asril mengatakan, banyak faktor yang menjadi penyebab terpuruknya perekonomian pada semester I/2024, mulai dari menurunnya produk, lapisan alam kawasan, cuaca, hingga hari baik. bekerja.
Selain itu, masih banyak hal penting yang bisa disampaikan mengenai berbagai kebijakan pemerintah di awal tahun pajak. Hal ini membuat pasar industri mobil mengalami koreksi 20-25% pada semester I/2024 karena faktor-faktor tersebut.
Oleh karena itu, Isuzu telah menyiapkan strategi untuk mendorong penjualan, salah satunya rencana baru memproduksi truk listrik di Indonesia. Hingga saat ini truk listrik Isuzu banyak diproduksi di Jepang dan Amerika Serikat (AS).
“Sekarang sedang ada pembahasan mengenai produksi mobil listrik Isuzu di Indonesia, dan kami memang sedang mengkaji sambil menunggu persiapan mobil listrik di Indonesia. Namun, saat ini kami belum bisa menyampaikan perkembangannya,” kata Attias kepada Bisnis, baru-baru ini.
Ia menambahkan, tantangan besar yang dihadapi perseroan saat ini dalam hal produksi kendaraan listrik adalah bisnis dan diferensiasi produk di antara keduanya yang sangat sulit.
Selain itu, kurangnya stasiun pengisian daya, khususnya untuk kendaraan listrik, juga menjadi tantangan bagi produksi baterai kendaraan niaga.
“Contohnya adalah Charging Station. Charging station untuk mobil listrik masih sangat sedikit. Selain itu, waktu pengisian baterai dan jarak juga menjadi hal yang penting,” jelasnya.
Meski Isuzu sudah berencana memproduksi truk listrik di Indonesia, namun Isuzu belum memiliki fasilitas perakitan truk listrik.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel