Bisnis.com, JAKARTA – Anggota Satgas Koordinasi Bidang Keuangan Pemerintahan Prabowo-Gibran Tomas Djivandono menolak pembahasan defisit anggaran atau rasio utang yang melebihi 50% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Hal itu disampaikan dalam konferensi pers mengenai kondisi dasar perekonomian saat ini dan Rencana Pendapatan dan Belanja Negara 2025.
Tommy, begitu ia disapa, awalnya mengatakan anggaran program pangan atau pangan gratis pada tahun pertama pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto atau APBN 2025 adalah Rp 71 triliun.
Menurut dia, anggaran tersebut masuk dalam kesepakatan DPR dan pemerintah, artinya defisit APBN berkisar antara 2,29%-2,82%.
“Beberapa minggu lalu mereka bilang kami [pemerintahan Prabowo Subianto] sudah lebih dari 50% rencana kami dan itu tidak mungkin,” kata Tommy Djiwandoro.
Ia juga mengajak para pihak untuk mempertimbangkan perlunya program pangan bergizi gratis dan defisit APBN 2025.
“Saya ingin mengatakan sekali lagi bahwa kelanjutan kebijakan ini adalah hasil negosiasi dan sinkronisasi, dan itulah sebabnya kami hadir di hadapan para jurnalis hari ini.”
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan alokasi anggaran program pangan gratis atau pangan gratis sebesar Rp71 triliun pada APBN 2025 atau tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto.
Sri Mulyani mengatakan, partainya sedang berdiskusi dengan Presiden terpilih Prabowo Subianto dan tim transisi untuk mengklarifikasi bagaimana program pangan gratis bergizi akan masuk dalam RAPBN 2025.
“Pak Prabowo menyampaikan bahwa dirinya sepakat untuk melaksanakan program pangan gratis secara bertahap. Disepakati akan dialokasikan RAPBN sebesar Rp 71 triliun pada tahun pertama pemerintahannya atau tahun 2025,” kata Sri Mulyani pada acara tersebut. Senin. (24/6/2024) .
Sri Mulyani mengatakan, jumlah Rp71 triliun itu termasuk dalam defisit APBN sebesar 2,29%-2,82%.
Lebih lanjut, dia mengatakan anggaran pangan gratis sebesar Rp 71 triliun ini bukan di atas, melainkan sesuai posisinya. Program tersebut akan dituangkan dalam UU APBN 2025 yang akan disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Daftar Keuangan pada 16 Agustus 2024.
Namun prosedur APBN sudah masuk dan disetujui oleh Presiden terpilih dengan anggaran awal Rp71 triliun, ujarnya.
Presiden terpilih Prabowo Subianto terus meningkatkan rasio utang dalam dua dekade, membiayai janji belanjanya, menurut Bloomberg sebelumnya.
Menurut sumber Bloomberg yang enggan disebutkan namanya, ia berencana meningkatkan rasio utang terhadap PDB sebesar 2 persen per tahun selama lima tahun ke depan. Artinya, suku bunga pinjaman akan naik 10% dari posisi saat ini.
Menurut perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF), rasio utang publik Indonesia hanya akan mencapai 39 persen dari total PDB pada tahun 2023, yang merupakan angka yang rendah dibandingkan negara-negara tetangga. Negara ASEAN lain yang memiliki rasio utang lebih tinggi dibandingkan Indonesia antara lain Laos, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Myanmar.
Langkah ini akan menandai perubahan besar bagi negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, yang selama ini mengandalkan kebijakan fiskal konservatif untuk menjaga kepercayaan investor. Sejak Krisis Keuangan Asia tahun 1997, pemerintah secara ketat membatasi defisit anggaran hingga 3% dari PDB dan rasio utang terhadap PDB maksimum sebesar 60%, kecuali selama pandemi.
Rasio utang sebesar 50% dianggap sebagai tingkat terbaik karena akan meyakinkan investor akan komitmen Indonesia terhadap kehati-hatian fiskal, sedangkan rasio utang sebesar 60% akan membuat investor khawatir.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel