Bisnis.com, JAKARTA – Infrastruktur komunikasi yang disediakan pemerintah dan swasta dalam 10 tahun terakhir berdampak pada berbagai sektor di desa tertinggal.

Dengan keterbatasan energi, Internet dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat meski belum optimal. Energi ekstra berpotensi memberikan dampak yang sangat besar. 

Tahukah Anda, dalam menghadirkan Internet ke desa-desa tertinggal, terpencil dan dalam (3T), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) melalui Kementerian Komunikasi dan Akses Informasi (Bakti) telah banyak berkembang dalam sepuluh tahun terakhir. 

Kepala Bagian Bisnis BAKTI Kominfo Gumala Warman mengatakan, Bakti telah membangun infrastruktur transceiver (BTS) di 1.665 lokasi dengan menggunakan dana Hibah Layanan Universal (USO), dan di 4.995 lokasi dengan menggunakan kombinasi keuangan. Semua pemancar dibangun di area 3T. BTS sebagian besar tersebar di Papua dan pegunungan Papua.  

“Bakti juga sedang membangun jaringan serat optik sepanjang 12.229 kilometer bernama Palapa Ring yang merupakan proyek telekomunikasi pemerintah pertama yang memanfaatkan kemitraan pemerintah dengan perusahaan komersial,” kata Gumala Warman sebelumnya. 

Untuk wilayah yang sulit diakses koneksi fiber optik dan radio, Bakti memperkenalkan satelit Satria 1 High Throughput (HTS) dengan kapasitas internet 150 Gbps. Rencananya satelit tersebut akan menyediakan internet di 37.000 lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Hingga Juni 2024, jumlah titik akses Internet (VSAT) mencapai 16.081 titik. Diantaranya mayoritas (46,26%) adalah sektor pendidikan, kemudian di sektor publik terdapat 4.455 titik Internet (27,72%), bidang kesehatan 2.606 titik (13,94%), pusat pelayanan masyarakat 743 titik (3,97%). Pertahanan-keamanan negara 139 poin (0,74%). 

Terkait infrastruktur Internet yang disediakan Bakti, Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Zulfadly Syam mengatakan, dalam survei terbaru yang dilakukan APJII terhadap lebih dari 1.900 responden di desa tertinggal, Bakti Internet memberikan dampak yang besar bagi masyarakat. . . 

Bakti Internet untuk jenis pekerjaan atau layanan baru di desa tertinggal. Faktanya, sekitar 33,6% responden setuju komunikasi mereka dengan keluarga dan teman di kota dibuka setelah infrastruktur komunikasi Bakti tersedia. 

Masyarakat di daerah tertinggal juga aktif mengakses informasi melalui Internet, meskipun jumlahnya masih sedikit. Sebanyak 14,8% responden membaca berita atau mengakses informasi baru secara rutin.

Untuk sektor pariwisata, masyarakat di desa tertinggal mengatakan akses internet atau yang disediakan Bakti mampu membangun reputasi kawasan wisata. 

“Sebanyak 48,3% responden mengakui Internet membantu meningkatkan promosi dan aksesibilitas tempat wisata,” ujarnya. 

Selain itu, 25,8% responden juga setuju adanya peningkatan jumlah wisatawan yang signifikan serta peningkatan pendapatan perekonomian masyarakat dan bisnis pariwisata. Namun jumlah tersebut masih perlu dioptimalkan.  Teknis

Dalam penelitian bertajuk Survei Penetrasi Internet di Daerah Tertinggal Tahun 2024, APJII juga mengungkapkan bahwa di bidang pendidikan, Internet digunakan untuk membantu siswa mengakses sumber belajar tambahan seperti video pelatihan, ebook, dan materi pembelajaran interaktif.

Namun jumlah pelajar yang memanfaatkan internet untuk mengakses materi pendidikan tambahan tidak banyak, hanya 31%. Artinya hanya 3 dari 10 siswa yang menggunakan Internet untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. 

Sementara itu, 22% lainnya mengatakan mereka hanya menggunakan Internet untuk mencari informasi dan melakukan penelitian untuk proyek atau tugas mereka. Jumlah ini berpeluang bertambah.

Dari sisi guru, Internet membantu 48,4% guru mengakses informasi dan sumber daya pendidikan, dan 19,2% menjadi lebih inovatif dalam mengajar.

Namun masih ada 6% dari mereka yang tidak menggunakan internet terbaik, dan 1% mengalami kendala dalam menggunakan teknologi. Kesehatan

Sekitar 70,8% fasilitas kesehatan umum di pedesaan menggunakan Internet untuk melayani masyarakat. Petugas kesehatan menggunakan Internet untuk berkomunikasi dengan rumah sakit rujukan melalui email atau alat pesan instan, untuk menyebarkan informasi kesehatan melalui media sosial, situs web rumah, atau alat pesan singkat (24,7%).

Tidak hanya itu, fasilitas kesehatan juga memanfaatkan internet untuk menyebarkan informasi kesehatan melalui media sosial, website desa, atau situs layanan pesan singkat (16,3%); Menyediakan layanan pendaftaran online bagi masyarakat (10.8); Mengumpulkan dan menganalisis data kesehatan online untuk sistem kesehatan dan evaluasi sistem (8,4%).

Dari sisi konsumen, akses terhadap Internet telah membuat 40% masyarakat lebih berpengetahuan tentang kesehatan dan rutin mencari informasi kesehatan secara online. Faktanya, 30% masyarakat mulai mencari informasi kesehatan secara online, namun pengetahuan mereka hanya meningkat sedikit.

Meski keadaannya baik, namun bukan berarti penggunaan internet di desa tidak ada masalah. APJII menemukan 71,7% responden menyatakan bahwa koneksi internet seringkali tidak stabil atau lambat sehingga menjadi kendala dalam mengakses informasi kesehatan di daerah tertinggal.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel