Bisnis.com, Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) telah memangkas suku bunga hingga 50 basis poin (bps) pada Juni 2024.

Sekretaris Jenderal BRI Agastya Handy Bernadi mengatakan penurunan suku bunga deposito BRI dilakukan dalam rangka menyelaraskan suku bunga dengan pasar dan kompetitor. 

“Selain itu, [upaya juga] mengembangkan DPK secara menyeluruh dan fokus pada pengumpulan modal murah (CASA),” ujarnya kepada Bisnis, Senin (24/6/2024).

Sementara itu, Handy mengatakan likuiditas BRI saat ini berada pada posisi memadai tercermin dari tingkat LDR (bank only) pada akhir Mei 2024 yang mencapai 85%.

Manajemen BRI sebelumnya menyatakan memberi ruang bagi perseroan untuk melakukan penyesuaian suku bunga sebagai antisipasi kebijakan bank sentral.

Hingga Maret 2024, LDR BRI telah mencapai 83,78%. Bank DPK BRI hanya menyokong saldo bank yang berjumlah Rp 1.410,36 triliun. Sedangkan CASA mencapai 872,4 triliun atau 61,86% dari total DPK.

Selain itu, berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan Bank Indonesia, suku bunga deposito 1 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan mengalami kenaikan sebesar 4,64%; 5,91%; pada bulan Mei 2024 berubah menjadi +4,1%. Sedangkan masing-masing menguasai 4,62% ​​pada April 2024; 5,88% dan 4,05%.

Sebaliknya, suku bunga deposito 3 dan 6 bulan sebesar 5,31% dan 5,69% pada Mei 2024, turun dibandingkan bulan pertama sebelumnya sebesar 5,32% dan 5,71%,” demikian laporan BI, Jumat (21/8). ). 6/2024).

Diketahui, BRI menurunkan suku bunga deposito pada Mei-Juni 2024. Perlu diketahui, suku bunga 1 bulan pada deposito 100 juta, 100 juta hingga 2 miliar ke atas. Pokok milyar sekitar 3,75% sampai 3,25%.  

Sedangkan suku bunga seluruh simpanan berjangka 3 bulan adalah 4% hingga 3,5%. Sisa suku bunga ditetapkan sebesar 3% dengan jangka waktu 6, 12, 24 hingga 36 bulan.

Sebelumnya, Wakil Presiden Bank Pembangunan Indonesia (LPPI), Trioxa Siyahan mengatakan, hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa hal. Mulai dari kebijakan perbankan, suku bunga yang tidak terlalu kompetitif di pasar, permasalahan perbankan yang membutuhkan tambahan likuiditas. 

“Suku bunga deposito BRI juga mungkin tinggi [sehingga suku bunga diturunkan],” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (19/6/2024). 

Di sisi lain, Peter Abdullah, Direktur Segara Research Institute, mengatakan perlu adanya kajian menyeluruh terhadap kenaikan suku bunga, dan tidak boleh hanya angka keuangan yang dilihat masyarakat saja. . 

 “Suku bunga [deposito] bukan satu-satunya kriteria [untuk menilai kondisi bank]. “Kriteria lain yang perlu diperhatikan adalah jumlah uang, rekening giro di bank sentral [BI], kepemilikan simpanan negara (SBN), dan suku bunga pinjaman [LDR],” ujarnya kepada Bisnis.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel