Bisnis.com, Jakarta – Bank Sentral Eropa (ECB) dikabarkan kemungkinan akan memangkas suku bunga pada pertemuan berikutnya akhir bulan ini.

Pernyataan ini disampaikan oleh Francois Villeroy de Galhau, anggota Dewan Gubernur ECB dan Presiden Bank of France.

Perdana Menteri Villeroy pada Senin (10 Juli 2024), seperti dikutip Bloomberg, mengatakan bahwa tingkat inflasi telah turun di bawah target ECB sebesar 2% pada bulan September dan inflasi inti secara bertahap akan mencapai level tersebut pada tahun 2025.

Ia juga mengatakan ekspektasi pasar terhadap inflasi pada tahun 2025 berada di bawah 1,8%. Angka ini jauh lebih rendah dari perkiraan ECB.

“Semua ini berarti keseimbangan risiko berubah. Selama dua tahun terakhir, risiko utama kita telah melampaui target kita sebesar 2%. Sekarang kita harus memperhitungkan risiko balasan dari lemahnya pertumbuhan dan kebijakan moneter,” ujarnya. . .untuk jangka waktu yang lama Anda tidak dapat mencapai tujuan Anda karena itu terlalu sulit.”

Villeroy tetap diam mengenai kebijakan ECB dalam beberapa pekan terakhir, dengan ekspektasi penurunan suku bunga mendekati nol dalam keputusan 17 Oktober.

Tak lama setelah ECB terakhir kali memangkas biaya pinjaman pada 12 September, Villeroy mengatakan para pengambil kebijakan harus melanjutkan pendekatan bertahap namun berhati-hati untuk tidak menetapkan target inflasi terlalu rendah hingga melebihi target 2%.

“Saya bersikeras pada bulan Oktober lalu bahwa dewan harus mempertahankan kebijaksanaan penuh, dan memang demikian,” kata Perdana Menteri Villeroy. “Hari ini saya tidak berubah pikiran dan akan terus bertemu dan tidak melepaskan pendekatan pragmatis saya.” Katanya dalam wawancara dengan La Repubblica. Itu diposting Senin waktu setempat.

Data sejak pertemuan bulan September menunjukkan inflasi di bawah 2% untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, dan survei menunjukkan aktivitas ekonomi melambat. Investor saat ini memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan Oktober sekitar 90%.

Ketika ditanya apakah ECB dapat menjadi lebih agresif dengan melakukan pelonggaran kebijakan, Villeroy mengatakan bank sentral tidak perlu menetapkan suku bunga di atas netral untuk mencapai targetnya. Ini adalah tingkat teoritis yang tidak dapat dirangsang atau dihalangi. ekonomi.

“Jika kita bisa menjaga inflasi pada 2% tahun depan dan prospek pertumbuhan di Eropa masih lemah, maka tidak ada alasan untuk mengetatkan kebijakan moneter,” ujarnya.

Perdana Menteri Villeroy juga meremehkan risiko inflasi jika harga minyak naik akibat ketegangan di Timur Tengah. 

“Kita perlu mewaspadai situasi yang sangat fluktuatif ini dengan hati-hati. Namun selama hal ini bersifat jangka pendek dan tidak mempengaruhi inflasi inti, kenaikan harga minyak tidak serta merta mengubah kebijakan moneter.”

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel.