Bisnis.com, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan fenomena gelombang panas yang terjadi belakangan ini di Indonesia disebabkan adanya pergantian musim dan masuknya musim kemarau di beberapa daerah.

Deputi Badan Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, tutupan awan di Indonesia mengalami penurunan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Fenomena ini mirip dengan yang terjadi di Filipina, dimana citra satelit menunjukkan tidak ada tutupan awan di Filipina kemarin.

Hal ini mengakibatkan radiasi matahari mencapai permukaan bumi maksimal karena minimnya tutupan awan, kata Guswanto dalam keterangannya, Kamis (2 Mei 2024).

Meski demikian, Guswanto menegaskan gelombang panas yang terjadi di Indonesia bukanlah gelombang panas. Sebab jika melihat karakteristik fenomena dan indikator statistik pemantauan suhu, fenomena tersebut tidak tergolong gelombang panas.

Adapun ciri-ciri fenomena tersebut, tingginya suhu yang diamati di Indonesia merupakan fenomena yang disebabkan oleh pergerakan semu matahari yang merupakan siklus normal dan terjadi setiap tahun, ”ujarnya.

Ia mengatakan, fenomena tersebut terjadi karena musim kemarau akan berlangsung hingga Agustus 2024. Pasalnya, musim kemarau diperkirakan terjadi pada Mei-Juni 2024.

“Puncak musim kemarau tahun 2024 secara umum diperkirakan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024,” kata Guswanto.

Selain itu, BMKG kata Guswanto menghimbau masyarakat untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan diri dan lingkungan.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel.