Bisnis.com, JAKARTA – Pandu Sjahrir, Direktur Badan Ekonomi, Keuangan, dan Teknologi Finansial Kamar Dagang dan Industri Indonesia, mengatakan kerja sama Indonesia dan Afrika di bidang industrialisasi dan UMKM memiliki potensi yang sangat besar.
Apalagi jika dilihat dari jumlah penduduk Afrika yang berjumlah 1,3 miliar jiwa – tiga kali lipat dari Amerika Serikat dan Eropa – serta pertumbuhan PDB yang terus tumbuh hingga kaya sumber daya alam seperti Indonesia.
“Mirip dengan kita, kita punya sumber daya alam yang banyak dan penggunanya banyak. Nah, dari sini banyak sekali peluang kerja yang bagus dari usaha kecil dan menengah, baik dari kalangan bawah maupun banyak dari transisi energi. industri tempat kita bekerja,” ujarnya usai Africa-Indonesia Forum 2024 di Indonesia seperti sekarang. Senin (2/9/2024).
Selain itu, forum tersebut juga membahas potensi kerja sama energi di bidang pertambangan utama dan penguatan ikatan investasi.
Salah satu yang menjadi fokus juga adalah UMKM, dimana para pelaku usaha melihat peluang yang sangat besar untuk memperluas pasar dengan produk UMKM Indonesia.
Menurut dia, pengembangan e-commerce dan logistik juga dinilai sebagai langkah strategis untuk membuka pasar, bahkan di kelompok partainya yang membahas kebijakan bebas pajak untuk menciptakan pasar yang kompetitif.
“[Dari segi potensi] sektor UMKM [diharapkan] bisa membuka pasar baru, misalnya membuat produk dijual di sana [di Afrika],” ujarnya.
Di masa lalu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menunjukkan bahwa usaha kecil dan menengah (UMKM), yang merupakan penyokong ekonomi besar negara-negara Afrika dan Indonesia, masih menghadapi serangkaian tantangan dalam operasionalnya.
Apindo Shinta Kamdani, Presiden, menekankan bahwa Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci untuk mendongkrak usaha kecil dan menengah. Melihat peluang yang ada di industri dan manufaktur, memperbanyak UMKM merupakan salah satu langkah penyerapan tenaga kerja.
Fokusnya sekarang bagaimana kita bisa lebih mengembangkan UMKM. Peluang terbuka mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk 270 juta jiwa, ujarnya dalam acara Indonesia-Africa Forum ke-2. IAF).
Shinta melihat UMKM saat ini menghadapi banyak tantangan, terutama dengan regulasi bagi usaha yang dimulai oleh UMKM. Dalam hal ini, pemerintah mempunyai peran yang besar sebagai otoritas pembuat dan pengesahan peraturan terkait usaha kecil dan menengah.
“Bagaimana Anda memberikan kerangka peraturan yang tepat untuk pengembangan usaha kecil dan menengah?” “Saya pikir satu hal yang kita tahu pasti adalah bahwa usaha kecil dan menengah tidak boleh memiliki terlalu banyak izin, terlalu banyak peraturan.”
Melihat besarnya usaha, jika UMKM harus mulai mengurus perizinan yang besar, Shinta menilai mereka tidak akan bisa mengembangkan usahanya.
Namun, pemerintah umumnya memiliki aturan omnibus tentang penciptaan lapangan kerja. Termasuk reformasi struktural untuk mempermudah UMKM.
“Saya kira implementasinya yang perlu kita dukung. Dan di sinilah perusahaan besar juga bisa membantu usaha kecil dan menengah.”
Tantangan lainnya adalah mendapatkan pasar bagi UMKM untuk menjual produknya ke pasar lokal dan global.
Langkah pemerintah untuk memasukkan usaha kecil dan menengah ke dalam katalog elektronik adalah tindakan yang tepat karena membantu menyediakan akses ke pasar baru. Tantangan selanjutnya adalah usaha kecil dan menengah juga memerlukan pengembangan terkait inovasi dan digitalisasi.
Keterampilan dasar mulai dari literasi digital, keuangan, hingga pencatatan menjadi penting karena merupakan landasan usaha yang dikembangkan oleh UMKM.
“Ini bukan sekedar penciptaan lapangan kerja, tapi bagaimana UMKM kita bisa masuk ke dalam kelas,” tutup Shinta.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel