Bisnis.com, JAKARTA – Manajemen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) menilai penurunan suku bunga dasar akan berdampak positif terhadap industri semen nasional.  

Pekan lalu, The Fed dan Bank Indonesia (BI) ikut memangkas suku bunga utama masing-masing sebesar 50 dan 25 basis poin. Pemangkasan ini menempatkan suku bunga The Fed pada kisaran 4,75% – 5%, sedangkan BI rate di 6%.

Sekretaris Perusahaan Indocement Dani Handajani mengatakan penurunan suku bunga dasar merupakan kabar positif karena berpotensi menurunkan suku bunga kredit perumahan (HLOs) sehingga meningkatkan kinerja sektor real estate dan semen. 

“Penurunan suku bunga KPR pada akhirnya akan meningkatkan kinerja sektor real estate, termasuk peningkatan permintaan semen untuk renovasi dan pembangunan baru,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (25/09/2024). 

Indocement memperkirakan pada tahun 2024 pasar semen dalam negeri akan tumbuh sebesar 2% – 3%. Sesuai proyeksi tersebut, perseroan meningkatkan penjualan semen, termasuk optimalisasi operasional di kompleks pabrik Grobogan dan pabrik Maros. 

Dani menambahkan, INTP juga akan mengoptimalkan pabrik penggilingan semen di Banyuwangi dengan fokus pada sinergi dan efisiensi, serta meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif yang berasal dari bahan bakar limbah (RDF), biomassa, dan bahan baku alternatif seperti terak. 

“Selain itu, kami telah mengelola panel surya di beberapa pabrik Indocement dan berkomitmen untuk memperluas penggunaan otomasi dan digitalisasi dalam operasional perusahaan,” tutupnya. 

Dari sisi penjualan, INTP berencana menggunakan terminal semen di Sumatera, Kalimantan, Lombok, dan Sulawesi. Hal ini akan dibarengi dengan peningkatan penjualan produk semen ramah lingkungan seperti semen hidrolik, terak, dan semen sesuai standar SNI terbaru.

Dari sisi kinerja, perseroan mencatatkan laba bersih periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp434,7 miliar atau disesuaikan 37,76% YoY. Penurunan ini juga menyebabkan laba per saham turun dari Rp 203,56 menjadi Rp 123,92.

INTP sebenarnya masih meraih laba bersih sebesar Rp 8,12 triliun, meningkat 1,94% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun di saat yang sama, belanja inti juga meningkat sebesar 5,21% YoY menjadi Rp5,82 triliun pada semester I/2024.

Setelah mengumpulkan laba bersih dan beban pokok pendapatan, INTP meraih laba kotor sebesar Rp2,29 triliun atau disesuaikan 5,49% per tahun. Laba sebelum pajak penghasilan juga turun 38,47% YoY menjadi Rp 543,16 miliar.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel