Bisnis.com, JAKARTA – PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) membukukan laba bersih sebesar $238,02 miliar pada kuartal pertama tahun 2024, turun 35,91% dari tahun ke tahun.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, penurunan laba tersebut seiring dengan penurunan laba yang disesuaikan 3,84% year-on-year (year-on-year) menjadi Rp4,08 triliun.

Pendapatan tersebut ditopang oleh penjualan pihak ketiga sebesar 4,03 triliun atau turun 2,80% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pada saat yang sama, harga pendapatan INTP turun 2,27% setiap tahunnya menjadi 2,9 triliun. Alhasil, laba kotor perseroan mencapai Rp1,18 triliun, turun 7,50% year-on-year.

Setelah dikurangi pendapatan dan beban lain-lain, INTP memperoleh laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar dua kali lipat yaitu Rp 238,02 miliar pada periode tersebut atau turun 35,91% setiap tahunnya. Laba per saham disesuaikan dari Rp 108,24 menjadi Rp 69,37 per saham.

Total penjualan INTP (semen dan klinker) mencapai 4,54 juta ton pada kuartal I 2024, naik 90.000 ton atau tumbuh 2% year-on-year.

Dani Handajani, Sekretaris Indocement, mengatakan meski total penjualan meningkat, namun laba tahunan perseroan turun 3,84% karena penurunan harga gabungan akibat peningkatan komposisi penjualan produk curah.

Dijelaskannya, terjadi peningkatan signifikan pada total volume produk dari 25,4% pada kuartal I tahun lalu menjadi 30,6% pada kuartal I tahun 2024. Hal ini disebabkan meningkatnya pasokan IKN Nusantara.

“Volume penjualan merek pesaing juga mempengaruhi harga gabungan secara keseluruhan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (6/5/2024).

Sementara itu, biaya operasional INTP naik 6,6% YoY menjadi $876,6 miliar. Hal ini disebabkan oleh peningkatan penjualan dan penambahan aktivitas di Semen Grobogan, termasuk biaya pengiriman dan biaya iklan.

Di sisi lain, Dani menyebutkan total ekspor semen mencapai 70.000 ton, turun 55,2% year-on-year. Ekspor klinker pada periode ini sebagian besar ditujukan ke Australia dan Malaysia, sedangkan tahun lalu ada ekspor ke Bangladesh dan Brunei Darussalam.

Dani juga tetap yakin permintaan semen akan terus meningkat di periode mendatang dengan perkiraan pertumbuhan permintaan semen sebesar 2% – 3% pada tahun 2024.

“Kami masih memperkirakan pertumbuhan semen curah akan lebih tinggi dibandingkan penjualan semen kantong,” tutupnya.

Hingga kuartal I-2024, INTP mencatatkan total aset sebesar 28,77 triliun atau turun 2,95% dibandingkan tahun berjalan (YtD). Utang juga mengalami penyesuaian 12,83% YtD menjadi Rp 7,56 triliun, sedangkan ekuitas mencapai 21,2 triliun atau meningkat 1,14% YtD.

Sementara itu, arus kas setara pada akhir Maret 2024 tercatat sebesar Rp2,51 triliun atau turun 41,85% per tahun dibandingkan posisi sebelumnya sebesar 4,33 triliun.

__________

Penafian: Informasi ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham apa pun. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi yang diambil oleh pembaca.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel